Kendari (ANTARA) - Masa pandemi corona COVID-19, sebagian warga di Kecamatan Tinondo Kabupaten Kolata Timur (Koltim) Sulawesi Tenggara, mengembangkan tanaman sorgum sebagai salah satu tanaman pangan alternatif selain padi ladang maupun tanaman jagung.
Keterangan dari Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan Kolaka Timur, Laski Paemba, Minggu, mengatakan sedikitnya ada 20 hektare lebih tanaman sorgum yang dikembangkan masyarakat di Desa Mokupa dan sudah pernah panen.
Ia mengatakan, tanaman sorgum oleh masyarakat Tonondo sangat cocok karena kondisi geografis wilayah di tanam di lahan marjinal dan tanah basah maupun tanah miring dan kering sekalipun.
"Tanaman sorgum bisa jadi tanaman pangan alternatif selain beras. Cocok dikembangkan di lahan manapun di wilayah Tonondo bahkan di beberapa kecamatan di Kolaka Timur," ujar Laski.
Selama dua tahun terakhir, sorgum mulai dikembangkan masyarakat sebagai salah satu pangan lokal andalan. Satu hektare lahan berpotensi untuk menghasilkan 2-3 ton sorgum dalam sekali panen.
"Pemerintah Kolaka Timur sudah mulai memetakan daerah yang bisa ditanam sorgum dan setelah melihat perkembangannya untuk beberapa kali panen, ternyata di wilayah Tinondo dengan beberapa wilayah desanya cocok untuk budidaya tanaman itu," ujaranya.
Sorgum memiliki kadar glukosa lebih rendah daripada beras dan kandungan serat tinggi. Hasil kajian Balai Penelitian Tanaman Serelia memaparkan, komposisi kimia biji sorgum tidak banyak berbeda dengan beras atau terigu yakni mengandung karbohidrat sebesar 73,8 persen dan protein 9,8 persen.
"Bahkan ada masyarakat di desa itu yang pernah sakit kronis dengan menghentikan konsusmi beras dan sagu, lalu menggantikannya dengan sorgum ternyata penyakitnya sembuh," tuturnya.