Milan, Italia (ANTARA) - Jumlah korban jiwa akibat COVID-19 di Italia pada Kamis (19/3) menyalip angka kematian di China, tempat virus corona baru itu pertama kali muncul.
Rumah-rumah sakit di Italia mengaku kewalahan.
Sementara itu, pemerintah Italia bersiap-siap untuk memperpanjang masa karantina wilayah (lockdown) dan tentara-tentara dikerahkan untuk mengangkuti jenazah-jenazah untuk dimakamkan.
Dalam 24 jam terakhir, sebanyak 427 orang meninggal dunia di Italia. Dengan catatan baru itu, sudah 3.405 orang di seluruh Italia yang kehilangan nyawa sejak wabah itu muncul pada 21 Februari.
China, sejak awal Januari, telah mencatatkan 3.245 kematian karena COVID-19.
Namun, jumlah orang mengidap virus corona di Italia hingga Kamis jauh di bawah China, yaitu 41.035 kasus di Italia dan 80.907 kasus di China.
Para pejabat dan pakar meyakini bahwa jumlah total pengidap corona di negara itu jauh lebih tinggi, mengingat sebagian besar pengujian dibatasi, yaitu hanya dilakukan pada orang-orang yang datang untuk menjalani perawatan di rumah sakit.
Penduduk manula dengan jumlah besar di Italia, yaitu kalangan yang sangat rentan terhadap virus, juga dilihat sebagai faktor penyebab angka kematian yang tinggi.
Pemerintah Italia pada Kamis malam mengumumkan telah mengumpulkan tim medis beranggota 300 sukarelawan dari seluruh negeri untuk memperkuat daerah-daerah yang mengalami dampak paling parah.
Sementara itu, semalaman tentara-tentara dikerahkan untuk mengangkuti jenazah-jenazah dari Kota Bergamo di sebelah timur laut Milan. Di wilayah itu, area pemakaman juga kewalahan menerima banyak jenazah.
Seorang juru bicara militer Italia mengatakan 15 truk dan 50 tentara diperintahkan untuk memindahkan peti-peti jenazah ke berbagai provinsi di dekat wilayah itu.
Sebelumnya, otoritas-otoritas setempat meminta bantuan pelaksanaan kremasi karena krematorium mereka sendiri tidak dapat mengatasi beban kerja yang sangat besar.
Sumber: Reuters