Kendari (ANTARA) - Kain tenun khas Sulawesi Tenggara yang dihasilkan para pengrajin lokal di beberapa kabupaten di Sultra akhir-akhir ini cukup dikenal di beberapa belahan dunia dan para turis menjadikan kenang-kenang untuk di bawa pulan ke negaranya.
"Tenun-tenun dari Sultra ini kan bukan saja di Indonesia, tapi sudah ke mancanegara. Beberapa desainer terkenal Indonesia sudah pernah membawa kain tenunan kita ke manacanegara seperti Paris dan Mumbai,” kata Kadis Parawisata dan Ekonomi Kreatif Sultra, Syahruddin Nurdin di Kendari, Selasa.
Ia mengatakan, tenun khas Sultra yang motif Tolaki, Muna, Buton dan Bombana, cukup laris terutama bila datang tamu-tamu dari luar daerah yang membeli langsung ke pusat penjualan kain khas daerah di Kendari.
Bahkan beberapa tahun silam, Dekranasda Sultra di bawah kepemimpinan Ny Tinas Nur Alam (mantan istri gubernur Sultra) Nur Alam itu telah membangun kemitraan dengan Cita Tenun Indonesia (CTI) yang menjalin kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk para designer yang konsen pada busana bernuansa etnik, menjadikan kain tenun khas Sultra sebagai salah satu produk utama.
Menurut Kadis Pariwisata, dikenalnya tenun Sultra ke Mancanegara berdampak positif terhadap permintaan pasar, yakni sejumlah bayer mengajukan permintaan stok dalam jumlah besar.
"Sejak ada permintaan dari bayer, pengrajin kita kadang kewalahan memeunhi permintaan, akibatnya ada beberapa motif khas dengan menggunakan bahan sutra terpaksa dibuat di Kabupaten Sengkang Provinsi Sulawesi Selatan, karena pengrajin tenun cukup banyak serta bahan bakunya cukup tersedia," ujarnya.
Harga jula sebuah produk tenun khas Sultra, kata kadis, tergantung dari motif dan kualitas kain.
"Untuk bahan biasanya dijual dengan harga antara Rp150.000-Rp250.000 per lembar. Namun bila bahan bakunya dari kain sutra dijual antara Rp1 juta hingga Rp2,5 juta per lembar," tuturnya.
Sementara, Kadis Pariwisata Kepemudaan dan Olahraga Bombana, Jannariah mengatakan tenun khas Bombana belakangan ini cukup banyak digemari konsumen karena memiliki keunikan tersendiri.
"Motif dan warna yang banyak dipesan konsumen dari pengrajin umumnya berwarna putih, hijau dan hitam bergaris emas. Konsumen bukan hanya untuk dipakai pada acara pesta maupun kegiatan adat, tetapi juga bagi ASN menjadikan pakian tenun khas daerah itu mewajibkan untuk dipakai ke kantor pada setiap hari Kamis," ujarnya.