Kendari, Antara Sultra - Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Tenggara mencatat bahwa alumni Perguruan Tinggi (PT) dan alumni sekolah menengah kejuruan (SMK) di provinsi ini sebagai penyumbang pengangguran tertinggi di daerah ini.
"Fenomena ini dikarenakan lulusan sekolah dasar mau bekerja apa saja sedangkan lulusan SMK dan universitas masih lebih berpikir banyak agar dapat bekerja sesuai dengan jurusan dan keterampilan mereka," kata kepala BPS Sultra, Aqto Mardiyanto pada acara rilis terhadap keadaan ketenagakerjaan Sultra triwulan III 2017 di Kendari, Senin.
Dari data yang dilaporkan, terkait tingkat pengangguran terbuka (TPT) menurut tingkat pendidikan tertinggi, terdapat kontradiksi karena lulusan universitas dan lulusan SMK, menjadi penyumbang terbanyak pengangguran di Sulawesi Tenggara.
TPT menurut tingkat pendidikan, sekolah dasar (SD) 0,01 persen, SMP 2,39 persen, SMA 4,82 persen, SMK 6,96 persen Diploma 4,6 persen dan Universitas 5,08 persen
Aqto menegaskan, bahwa tingkat pengangguran terbuka di Sultra bergerak naik dari 2,72 persen pada agustus 2016 menjadi 3,30 persen pada Agustus 2017 (year on year).
Ia menambahkan, TPT adalah indikator yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat penawaran tenaga kerja yang tidak digunakan atau tidak terserap oleh pasar kerja.
"Pada dasarnya, TPT di perkotaan cenderung lebih tinggi dibanding TPT di perdesaan. Pada Agustus 2017, TPT di perkotaan sebesar 5,46 persen sedangkan TPT di perdesaan hanya 2,23 persen," ujar Aqto seraya menyebutkan dibanding setahun yang lalu, terjadi kenaikan tingkat pengangguran baik di perkotaan maupun di perdesaan, yaitu TPT di perkotaan naik sebesar 1,51 perse poin, dan TPT di perdesaan naik 0,10 persen poin.