Baubau (Antara News) - Pemerintah Kota Baubau mencanangkan minum obat secara massal dalam upaya mengantisipasi dan mengeliminasi penyakit `filariasis` atau kaki gajah, yang digelar di pelataran Kantor Dinas Kesehatan Kota Baubau, Sabtu.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Baubau, Edy Natsir mengatakan, gerakan minum obat massal itu bukan berarti Kota Baubau masuk pada wilayah endemis penyakit kaki gajah, tetapi merupakan sosialisasi dunia termasuk Indonesia dan terkhusus Kota Baubau.
"Pencanangan minum obat massal ini bukan karena masyarakat Kota Baubau sudah terlalu banyak terkena penyakit kaki gajah, tapi untuk mencegah merebaknya penyakit tersebut karena Kota Baubau punya keinginan yang kuat mengeliminasi kasus penyakit," ujar Edy pada acara yang dirangkaian dengan kegiatan sunatan massal dalam rangka Hari Kesehatan Nasional ke-51.
Menurut dia, timbulnya penyakit kaki gajah itu disebabkan cacing filaria yang masuk ke tubuh manusia kemudian mencari kelenjar dan menyumbat benih limpah, sehingga terjadi pembengkakan pada kaki.
Ia mengatakan, di Kota Baubau awalnya ditemukan dua kasus penyakit kaki gajah di Kelurahan Lowu-lowu tahun 2005, sehingga adanya kasus tersebut itu tim peneliti Kementrian Kesehatan melakukan Survei Darah Jari (SDJ).
Dari hasil survei itu, lanjut Edy, Kota Baubau harus melakukan pencanangan dan antisipasi sebelum terjadinya penularan yang akan terus bertambah, karena penyakit kaki gajah ini bisa menularkan penyakit melalui gigitan dari berbagai jenis nyamuk.
"Berbeda kalau demam berdarah hanya satu jenis nyamuk Aides Agepty saja, tapi sumber penyakit kaki gajah ini dari banyak jenis nyamuk. Maka itu kita tidak mau ada penyakit ini di Kota Baubau," ujarnya.
Untuk mengantisipasi tumbuhnya penyakit tersebut, kata dia, jenis obat yang diberikan merupakan obat cacing biasa yang sering diminum anak-anak pada enam bulan sekali di usia enam tahun.
Sebab peneliti dan para ahli di dunia menyarankan agar obat cacing sebagai penangkal penyakit kaki gajah tersebut cukup diminum sekali setahun selama lima tahun berturut-turut, sehingga kalau sampai tahun 2020 maka Baubau bisa akan bebas dari penyakit itu.
"Oleh karena itu kesiapan kita lima tahun ke depan semua masyarakat minum obat karena ketika masyarakat terkena itu maka akan rugi secara ekonomi karena tidak bisa beraktifitas, dan juga bisa menjadi beban keluarga," katanya.