London (Antara News) - Diaspora Indonesia di Australia menyelenggarakan acara yang terbilang unik yaitu "Ngabuburit Pilpres 2014" yang merupakan kerja sama antara Kedutaan Besar RI di Canberra dengan TDA Australia, sebuah forum para entrepreneur Indonesia di Australia.
Direktur, Projecting Indonesia Yasmi Adriansyah kepada Antara London, Selasa mengatakan dalam acara yang mungkin diadakan pertama kalinya di Australia, KBRI Canberra dan TDA Australia akan menyelenggarakan bazar dan penampilan seni budaya khas Indonesia pada saat hari pemungutan suara di Australia: 5 Juli mendatang.
Pada acara tersebut, sejumlah entrepreneur diaspora Indonesia akan menjual aneka produk termasuk kuliner nusantara sebagai menu berbuka puasa. Selain itu beberapa seniman akan menampilkan musik dan aneka seni lainnya guna menyemarakkan pesta demokrasi lima tahunan Pilpres RI 2014.
Ketua TDA Australia, Wien Hendriyanto, mengatakan TDA Australia yang merupakan salah satu wadah entrepreneur Indonesia di Australia mendukung penuh acara Ngabuburit Pilpres ini. Bersama dengan KBRI Canberra dan pihak terkait lainnya. "Kami yakin seluruh rangkaian acara akan berlangsung lancar, aman dan tertib," ujarnya.
Dalam konteks Pilpres, Dubes RI untuk Australia dan Vanuatu, Nadjib Riphat Kesoema menghimbau agar warga negara Indonesia di luar negeri dan khususnya yang bermukim di Australia dan Vanuatu menggunakan hak pilih mereka dalam pemilihan presiden-wakil presiden mendatang.
"Saya menghimbau agar warga negara Indonesia di Australia dan Vanuatu menggunakan hak pilih dalam Pilpres 2014 karena partisipasi mereka akan turut menentukan masa depan Indonesia untuk lima tahun ke depan," ujar Dubes Nadjib kepada Projecting Indonesia.
Himbauan Dubes RI di Australia dan Vanuatu tersebut disampaikan mengingat rendahnya tingkat partisipasi WNI di Australia yang menggunakan hak pilih mereka.
Menurut Yetty Daly, Ketua PPLN Canberra, "Jumlah WNI di Australia yang tidak menggunakan haknya mencapai 32.491 orang, atau sekitar 73.39 persen dari total warga yang mempunyai hak pilih. Adpaun tingkat partisipasi WNI di ibukota Australia, Canberra terhitung paling tinggi, yaitu sekitar 75 persen. Sementara tingkat partisipasi di kota lainnya berkisar 25-35 persen.
Yasmi Adriansyah mengatakan sebagia Direktur Projecting Indonesia berpandangan rendahnya tingkat partisipasi ini sangat disayangkan. Sekiranya hal ini terjadi di Malaysia misalnya, dimana sebagian besar pemilih adalah pekerja migran yang untuk ke luar rumah pun sulit, hal itu dapat dipahami. Namun WNI di Australia seyogianya tidak punya banyak hambatan dalam penyaluran hak pilihnya.
PPLN, perwakilan RI, mahasiswa dan masyarakat Indonesia di luar negeri diharapkan lebih kreatif dalam menarik minat masyarakat untuk memilih. Sebagai contoh adalah adanya dinamika di berbagai kota-kota besar di Australia dengan munculnya berbagai kelompok relawan.
Di Canberra, berbagai elemen masyarakat meramaikan pesta demokrasi ini dengan membentuk kelompok relawan: Canberra - ACT for Jokowi.
Pada tanggal 22 Juni lalu, relawan tersebut membuat deklarasi di depan gedung parlemen Australia menyatakan dukungan mereka kepada pasangan Jokowi-Jusuf Kalla. Kemudian pada tanggal 29 Juni , dengan mengambil tempat di jantung ibukota, mereka menyerukan testimoni dukungan bagi pasangan nomor urut dua tersebut.
Kegiatan para relawan ini tidak semata-mata untuk mendukung pasangan yang mereka anggap terbaik namun justru menjadikan perhelatan pilres menjadi semarak. Mereka bergerak secara spontan dan masif melalui sosial media, melakukan aksi kreatif pembuatan foto, video, dan bahkan aksi di depan keramaian.
"Jokowi adalah masa depan, ada harapan untuk suatu perubahan dan perubahan itu harus diperjuangkan," ujar Novi Kardini, mantan diplomat yang menjadi salah satu penggagas deklarasi ini.