Jakarta (Antara News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mendoakan agar prahara politik yang telah terjadi di Mesir segera berakhir sehingga dapat melaksanakan transisi politik yang damai dan demokratis.
"Tentu kita mendoakan semoga prahara politik yang terjadi di Mesir bisa diakhiri dan transisi politik yang terjadi di negeri itu bisa berlangsung secara damai, demokratis, dan berdasarkan kehendak rakyat Mesir sendiri," kata Presiden saat memberikan sambutan dalam buka bersama di Istana Negara, Jakarta, kamis.
Presiden mengatakan bahwa perubahan besar memang sering kali tidak bisa dilakukan dalam sekejap, seperti membalikan telapak tangan. Perubahan besar biasanya diikuti dengan berbagai penyesuaian yang sering kali tidak menyenangkan dan menyakitkan.
"Banyak bangsa yang mengalami masa yang tidak menyenangkan, 'painfull' (menyakitkan), 'up and down' (turun naik), begitulah perubahan yang besar yang terjadi di negara mana pun," katanya.
Berkaca dari pengalaman Indonesia lima belas tahun lalu, kata Presiden, saat Indonesia mengalami reformasi. Perubahan besar yang terjadi di negeri ini dengan berbagai peristiwa yang kurang menyenangkan. Namun, konsistensi dan kesinambungan dibutuhkan agar perubahan dapat terjadi.
Presiden mengemukakan bahwa pada era lalu, umat Islam juga memiliki pemimpin hebat yang mampu membuat perubahan besar. Perubahan besar dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW.
Nabi, menurut Presiden, mampu membawa perubahan yang besar melalui konsistensi dan kesinambungan. Dalam proses perubahan, Nabi menekankan rekonsiliasi serta tidak meninggalkan yang lain.
"Ini mengisyaratkan kelompok di negeri ini harus diajak bersama-sama, suku, etnis, we are one. Dengan kebersamaan itu seberat apa pun tantangan yang kita hadapi ada solusinya dan kita pasti akan mengatasinya," katanya.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menggelar buka puasa bersama para pimpinan lembaga negara, anggota Kabinet Indonesia Bersatu II, dan para duta besar negara sahabat di Istana Negara Jakarta.
Para tamu berdatanagan sejak pukul 16.30 WIB. Dalam kesempatan tersebut, hujan deras mengguyur Istana Negara sejak pukul 17.00 WIB. Akibat hujan tersebut, tempat pemeriksaan para tamu di gerbang masuk Istana Negara mengalami kebocoran. Begitu pula dengan atap di teras Istana Negara juga mengalami kebocoran.
Para petugas pun harus mengepel dan mengatur kembali temapt - temapat duduk kembali, sejumla kursi basah terkena guyuran air hujan, sejumlah gelas berisi air putih di meja yang berada di teras depan juga terkena air dari atap. Tak berapa lama kemudian, atap di teras Istana selebara sekitar 80 cm persegi terkelupas dan jatuh.
Sementara para pekerja katering yang berada di tenda di luar Istana Negara harus membenahi kembali tempat-tempat makanan yang sebelumnya sudah siap.
Sejumlah undangan tiba dengan menggunakan payung. Tampak pula sejumlah menteri yang harus menggunakan payung untuk masuk ke Istana Negara, diantaranaya Menteri Komunikasi dan Informatikan Tifatul Sembiring yang tiba bersama istri, Menteri ESDM jero Wacik, Menteri Sosial Salim Segaf Aljufri.
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo juga tampak datang bersama istrinya. Mereka berdua tiba dengan sebuah payung.
"Sudah 20 tahun ga begini," katanya kepada wartawan saat ditanya keromantisan mereka berdua.
Hujan berhenti sekitar pukul 18.15 WIB, saat dilangsungkan Sholat Maghrib. Hujan kembali berlangsung 10 menit kemudian.
Dalam buka puasa bersama tersebut Presiden Yudhoyono mengatakan, bahwa perubahan harus dilakukan secara damai.