Jakarta (ANTARA News) - Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Mikhail Yurievich Galuzin, mengatakan hasil investigasi penyebab jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100 di Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat merupakan laporan obyektif dan seimbang.
"Menurut estimasi para ahli, investigasi diadakan sesuai dengan standar International Civil Aviation Organization (ICAO)," ujar Mikhail Yurievich Galuzin dalam keterangan pers "Hasil Investigasi jatuhnya Sukhoi" di Jakarta, Selasa.
Menurut Mikhail, laporan tersebut merupakan hasil kerjasama efektif dan konstruktif antara pihak Rusia dan Indonesia dengan berbagi pihak seperti ahli dari Komite Aviasi Antarnegara, Kementerian Industri dan Perdagangan Rusia, Kemenhub, KNKT, dan lain-lain.
"Kami mengenal bahwa kerja ini diadakan dalam suasana saling mendukung antara satu sama lain," kata dia.
Ia mengatakan, kesimpulan dan isi laporannya sudah diterima ke semua pihak yang terlibat, seperti Rusia, Indonesia, Amerika Serikat dan Prancis.
Dari hasil investigasi tersebut, lanjutnya, digunakan untuk penyempurnaan selanjutnya sistem-sistem keselamatan penerbangan.
"Disamping itu juga diperkokohnya kerjasama, antara lain demi tujuan antara otorita-otorita penerbangan Rusia dan Indonesia, serta badan dan organisasi yang bersangkutan lainnya," kata dia.
Ia meyakini kemitraan antara Rusia dan Indonesia dalam menanggulangi musibah tersebut untuk mengembangkan serta meningkatkan kerjasama bilateral secara bertahap, khususnya di bidang pengangkutan.
"Termasuk penerbangan sipil, antara lain di bidang pengadaan pesawat sipil Rusia untuk pengangkutan nasional Indonesia," kata dia.
Ia juga menyampaikan rasa belasungkawa sebesar-besar atas kejadian yang menimpa pesawat Sukhoi Superjet (SSJ) 100 yang mengalami kecelakaan pada tanggal 9 Mei 2012 lalu.
"Kami ucapkan rasa duka cita yang mendalam berkaitan dengan tewasnya korban yang berada di pesawat Sukhoi Superjet 100 yang alami kecelakaan pada tanggal 9 Mei 2012," kata dia.
Dalam Insiden kecelakaan tersebut 45 orang tewas yang terdiri dari dua orang pilot, satu navigator, satu flight test engineer dan 41 orang penumpang.
Penumpang tersebut terdiri dari 4 personel dari Sukhoi Civil Aircraft Company (SCAC), satu orang pabrik mesin pesawat (SNECMA), dan 36 tamu undangan, terdiri dari 34 orang warga negara Indonesia, satu warga negara Amerika dan warga negara Prancis.
Tiga Penyebab Sukhoi Jatuh
Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menyimpulkan ada tiga faktor penyebab yang berkontribusi terhadap jatuhnya pesawat Sukhoi RRJ 95B-97004 Superjet 100 di Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat, kata Ketua KNKT Tatang Kurniadi.
"Hasil investigasi KNKT dengan berbagai pihak terhadap jatuhnya pesawat Sukhoi, menyimpulkan ada tiga faktor yang berkontribusi terhadap kecelakaan tersebut," kata Tatang Kurniadi dalam keterangan pers di Gedung KNKT, Jakarta, Selasa.
Menurut Tatang, faktor pertama adalah awak pesawat tidak menyadari kondisi pegunungan di sekitar jalur penerbangan yang dilalui dikarenakan beberapa faktor, dan berakibat awak pesawat mengabaikan pihak dari "Terrain Awareness Warning" (TAWS).
"Pada pukul 14.26 WIB, pilot minta izin untuk turun ke ketinggian 6000 kaki serta untuk membuat orbit (lintasan melingkar) ke kanan agar pesawat tidak terlalu tinggi untuk proses pendaratan di Halim menggunakan landasan 06. Izin tersebut diberikan oleh petugas 'Jakarta Approach'," ujar dia.
Ia mengatakan tiga puluh delapan (38) detik sebelum benturan, TAWS memberikan peringatan berupa suara: "Terrain Ahed, Pull UP" dan diikuti oleh enam (6) kali "Avoid Terrain". Pilot In Command (PIC) mematikan TAWS tersebut, karena berasumsi bahwa peringatan tersebut diakibatkan oleh "database" yang bermasalah.
Kedua, lanjut dia, Jakarta Radar belum mempunyai batas ketinggian minimum pada pesawat yang diberikan "vector" dan sistim dari Jakarta Radar belum dilengkapi dengan "Minimum Safe Altitude Warnin" (MSAW) yang berfungsi untuk daerah Gunung Salak.
"Pelayanan Jakarta Radar belum mempunyai batas ketinggian minimum untuk melakukan vector pada suatu daerah tertentu dan MSAW yang ada pada sistim tidak memberikan peringatan kepada petugas Jakarta Approach sampai dengan pesawat menabrak," paparnya.
Ia menjelaskan vector adalah perintah berupa arah yang diberikan oleh pengatur lalu lintas udara kepada pilot pada pelayanan radar.
Hal yang terakhir, kata dia, terjadi pengalihan perhatian terhadap awak pesawat dari percakapan yang berkepanjangan dan tidak terkait dengan penerbangan.
"Sehingga menyebabkan pilot yang menerbangkan pesawat tidak dengan segera merubah arah pesawat ketika orbit dan pesawat keluar dari orbit tanpa disengaja," ujarnya. (Ant).