Kendari (ANTARA News) - Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), khawatir kuota bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi jenis solar benar-benar tidak mencukupi kebutuhan karena tingginya penggunaan BBM di daerah itu.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sultra, Saemu Alwi, di Kendari, Sabtu, mengatakan, upaya bersama harus dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya krisis solar sebelum akhir tahun, mengingat adanya peningkatan konsumen solar secara signifikan.
"Kekhawatiran ini sudah kami koordinasikan dengan Pertamina dan pihak terkait lainnya agar ditempuh langkah antisipasi," kata Saemu Alwi, yang juga sebagai ketua Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Sultra itu.
Ia menyebutkan, BBM jenis solar adalah BBM yang paling banyak penggunanya di Sultra, ini terbukti dengan antrean kendaraan pengguna solar yang kerap terjadi setiap hari di SPBU.
"Konsumen solar di Sultra bukan hanya pengguna kendaraan bermotor, tetapi yang aling banyak adalah usaha industri, dan juga pertambangan," katanya.
Menurutnya, berdasarkan koordinasi dengan pihak Pertamina wilayah Sultra, penyaluran BBM khususnya jenis solar sudah over dari jatah penyaluran bulanan.
Tetapi katanya, pihak Pertamina sudah diambil langkah-langkah yakni mengatur penyaluran atau distribusi stok yang ada agar bis mencukupi hingga akhir tahun.
"Caranya dengan pembatasan penyaluran BBM dari depot ke SPBU, harapan kita dengan cara itu maka stok yang ada bisa bertahan hingga 2012," katanya.
Sementara langkah yang dilakukan Pemerintah Provinsi Sultra, katanya, sudah berkali-kali mengajukan penambahan kuota BBM untuk Sultra, khususnya BBM jenis solar.
"Kami juga mengimbau masyarakat untuk melakukan pengawasan bersama terhadap penyaluran dan distribusi BBM jangan sampai tidak tetap pada peruntukannya, khususnya BBM subsidi," katanya.
Ia menyebutkan, kuota BBM solar di Sultra mencapai 106.109 kilo liter, sedangkan premium mencapai mendapat kuota 202.725 kilo liter. (Ant).