Kolaka (ANTARA News) - Sebagian umat Muslim di Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara (Sultra), merasa kecewa atas perbedaan pelaksanaan 1 Syawal 1432 Hijriah yang telah ditetapkan oleh Menteri Agama mewakili pemerintah melalui sidang Isbat yang digelar di Jakarta.
Jusman, warga di Kecamatan Watubangga Kabupaten Kolaka, Selasa, mengatakan selama ini sering terjadi perbedaan dengan jamaah Muhammadiyah, tetapi kali ini sangat parah karena seluruh umat muslim non-Muhammadiyah telah mempersiapkan makanan untuk dihidangkan pada saat Lebaran.
"Jujur saya harus katakan bahwa perbedaan penentuan hari lebaran tahun ini mungkin yang paling terparah dan membingungkan ummat muslim," kata Jusman
Ia mengatakan, dengan kondisi seperti ini, maka warga yang kehidupan ekonominya sebagai masyarakat prasejahtera sangat dirugikan, karena sudah menghabiskan uang hanya untuk memenuhi kebutuhan hari raya.
"Semua persiapan makanan untuk disajikan sudah siap, karena sebelumnya kami sudah berpikir bahwa idul fitri 1432 Hijriah jatuh pada hari Selasa," ujarnya.
Dengan kondisi penundaan lebaran seperti ini, kata dia, maka makanan khas lebaran seperti ketupat, buras termasuk lauk pauk ayam, ikan maupun telur dalam jumlah yang banyak pasti mubazir.
Sukma, warga lain mengatakan, bukan hanya masalah persiapan lebaran yang dipersoalkan, tetapi juga mengenai pelaksanaan ibadah puasa hari ini.
"Terus terang kami bingung mau puasa atau tidak, karena tetangga kami ada yang sudah tidak puasa karena meyakini hari ini sudah Lebaran meskipun dia belum merayakan," katanya.
Ridwan, warga lain mengatakan, meskipun hari ini belum dilakukan shalat idul fitri, tetapi dirinya sudah tidak melaksanakan puasa karena ia adalah bagian dari Muhammadiyah.
"Meski saya tidak puasa, tetapi saya juga belum melaksanakan shalat idul fitri, karena di daerah ini jamaah Muhammadiyah sedikit jumlahnya, sehingga tidak ada pelaksanaan shalat idul fitri, dan akan shalat mengikuti pemerintah," pungkasnya. (Ant).