Kendari (ANTARA) - Dinas Pariwisata (Dispar) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) mengenalkan objek wisata di Bumi Anoa kepada para peserta dan tamu Seleksi Tilawatil Quran dan Hadis (STQH) Nasional Ke-28 yang berlangsung di Kota Kendari pada 9-19 Oktober 2025.
Kepala Dispar Provinsi Sultra Belli Harli Tombili di Kendari, Jumat, mengatakan bahwa pengenalan wisata tersebut dilakukan dengan dua cara, yaitu promosi di sosial media dan pendekatan oleh Liaison Officer (LO) atau pendamping setiap kontingen.
Ia menyampaikan pihaknya memperkuat promosi di sosial media dengan membuat konten-konten yang menunjukkan kawasan wisata yang ada di Kota Kendari, seperti Pulau Bokori, Kebun Raya, Pantai Toronipa, hingga Air Terjun Moramo. Begitu juga dengan promosi UMKM dan wisata kuliner.
"Sudah ada yang dibawa ke Bokori, terus ada juga yang sempat meninjau ke Desa Namu. Namun, karena kesibukan kafilah, sebagian besar kunjungan wisata difokuskan di sekitar Kendari, seperti Nambo, Bokori dan Kebun Raya," kata Belli Tombili.
Dia menyebutkan bahwa promosi wisata itu juga secara tidak langsung dikenalkan oleh para asosiasi agen travel. Yang mana, para asosiasi itu saling berkoordinasi untuk membuat peket wisata yang ada di sekitar Kota Kendari.
"Jadi, mereka (asosiasi) bikin paket misalnya dua hari satu malam, di Kendari ke mana saja yang bisa didatangi tempat wisatanya," ujarnya.
Belli Tombili mengungkapkan bahwa menyambut kunjungan-kunjungan itu, pihaknya terus berkoordinasi dengan pemerintah daerah lainnya untuk memastikan kesiapan sarana-prasarana di lokasi wisata, dengan fokus utama pada kebersihan dan utilitas.
"Yang paling perlu diperhatikan itu adalah kebersihannya, terus kemudian sarana utilitas yang ada di sana, seperti toilet. Kami juga pastikan pengelola 'standby' untuk melayani kebutuhan tamu," ungkap Belli Tombili.

Dia juga menjelaskan tingginya kunjungan saat pelaksanaan STQH Nasional di Sultra ini juga berdampak pada okupansi hotel secara signifikan. Dari total sekitar 3.500 kamar hotel di Kota Kendari ini, hampir seluruhnya terisi penuh.
Menganalisis dampak ekonomi, Belli Tombili memproyeksikan perputaran uang yang masuk ke Sultra sangat besar.
"Kalau kita asumsikan per orang membawa uang minimal Rp4 jutaan untuk makan, hotel, belanja, dan ada sekitar 2.500 kamar yang terpakai, berarti ada Rp10 miliar uang yang siap dibelanjakan di Sultra," jelas Belli Tombili.
Dampak positif ini terasa langsung pada sektor UMKM, toko oleh-oleh, hingga pedagang kaki lima di sekitar arena MTQ, yang didatangi baik oleh masyarakat lokal maupun tamu luar daerah.

