Kendari (ANTARA) - Pemerintah Kota (Pemkot) Kendari melalui Dinas Ketahanan Pangan (Disketapang) setempat menyebutkan bahwa harga cabai rawit di Kota Lulo mengalami kenaikan menjadi Rp90 ribu per kilogram (kg) akibat cuaca buruk.
Kepala Dinas Ketapang Kota Kendari Abdul Rauf di Kendari saat dihubungi di Kendari, Minggu, mengatakan bahwa berdasarkan pantauan tim lapangan di beberapa pasar di Kota Kendari terdapat bahan pokok strategis seperti cabai merah yang mengalami kenaikan.
"Salah satu contoh di Pasar Baruga Kota Kendari cabai rawit itu memang naik menjadi Rp90 ribu per kilogram dari harga Rp40 ribu-Rp50 ribu per kilogram," kata Abdul Rauf.
Rauf mengatakan lagi, naiknya harga cabai tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu cuaca buruk dan permintaan yang banyak. Namun, apabila cuacanya kembali membaik, maka diprediksi harganya akan menjadi normal.
Ia menjelaskan cuaca buruk seperti misalnya hujan dapat mempengaruhi tanaman cabai, karena adanya penyakit hama yang dapat merusak cabai dan gagal panen, sehingga mengurangi produksi cabai tersebut.
"Jadi, selama hujan ini memang mempengaruhi naiknya harga cabai, terlalu tinggi kadar air juga mempengaruhi cabai, karena pasti banyak hamanya," ujarnya.
Selain cuaca buruk, naiknya harga cabai tersebut juga dipengaruhi oleh tingginya permintaan masyarakat, sedangkan stok cabai di wilayah itu berkurang.
Pedagang cabai rawit di Pasar Rakyat Baruga Norma mengatakan bahwa harga cabai saat ini memang sedang naik, yaitu Rp80 ribu-Rp90 ribu per kilogram, sebab kurangnya stok cabai tersebut.
"Kalau stoknya banyak yang masuk, harga cabai merahnya normal yaitu Rp40 ribu-Rp50 ribu per kg," ujarnya pula.
Di tempat yang sama pedagang cabai rawit di Pasar Rakyat Baruga Wahyu mengungkapkan bahwa naiknya harga cabai tersebut karena kurang stoknya yang masuk, sedangkan permintaan tinggi.
"Biasanya stok cabai kalau kurang itu harganya bisa naik menjadi Rp80 ribu-Rp90 ribu, bahkan bisa lebih tinggi dari harga itu," kata Wahyu pula.