Kendari (ANTARA) - Harga minyak atsiri hasil ekstraksi tanaman nilam kini turun drastis sejak Januari 2025, dari semula dijual Rp2 Juta lebih per kilo gramnya, kini hanya di kisaran Rp500 ribuan. Meski harganya terjun dua kali lipat, tak menyurutkan warga Kabupaten Buton Utara untuk menanam tanaman yang minyaknya dijadikan bahan utama pembuatan parfum dan kosmetik itu.
Salah seorang warga Desa Kotawo, Kecamatan Kulisusu Barat Risal saat ditemui Sabtu, mengatakan bahwa dirinya memang sengaja menanam nilam karena tergiur dengan harganya yang sangat tinggi saat itu.
"Dua hektar saja saya buka, hampir 20 ribu pohon," kata Risal, yang tanaman nilamnya baru berumur dua bulan lebih.
Kini ia tetap bertahan merawat nilamnya yang baru akan dipanen empat bulan lagi, sambil berharap saat panen nanti harganya kembali naik.
"Sudah begitu mi petani, masa harga turun kita berhenti. Kalau takut bertani, jangan jadi petani," ungkapnya.
Sementara itu, Pemilik Penyulingan minyak nilam di Desa Ronta, Kecamatan Bonegunu Fiklat menyampaikan bahwa saat ini per tanggal 1 Maret 2025, harga nilam berkisar antara Rp650 ribu sampai dengan Rp700 ribu.
Ongkos kerja penyulingan sendiri untuk ketel ukuran kecil seharga Rp300 ribu. Sejumlah petani nilam yang menggunakan jasanya, minyak nilam hasil sulingan masih disimpan dan belum dijual.
"Mungkin karena tunggu harganya naik lagi," ucap Fiklat.
Di konfirmasi terpisah, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Buton Utara Sahrun Akri mengungkapkan bahwa warga Butur benyak yang mengalihfungsikan lahannya, dari tanaman pangan ke nilam karena tawaran harga yang cukup tinggi.
Saat pelaksanaan Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) tingkat Kecamatan, banyak hasil musrenbang di tingkat desa dari warga yang meminta dibuatkan penyulingan nilam.
Dari sisi ekonomi Sahrun menilai ada baiknya karena mendongkrak nilai ekonomi warga. Namun ia berharap petani nilam dapat menyelipkan tanaman pangan di sela-sela Nilam.
"Saya tawarkan kalau bisa kita integrasikan atau tumpang sari utamanya jagung misalnya. Itu nanti akan lebih bagus dan tidak akan mempengaruhi nilam," sebutnya.
Hal itu juga menurutnya untuk mengantisipasi kelangkaan pangan serta kegagalan panen salah satu tanaman. Karena jagung sendiri merupakan produk ketahanan pangan prioritas program pemerintah.
Beberapa instansi dilibatkan dalam program tersebut. Badan Urusan Logistik (Bulog) juga diminta siap membeli hasil panen jagung petani.
Namun ada syaratnya, terutama kadar airnya yang minimal 14 persen. Karena kadar air segitu mampu membuat jagung bertahan lama hingga empat bulan.
"Kalau lebih dari itu kadar airnya, bisa rusak dalam waktu dua bulan," tambahnya.