Istanbul (ANTARA) - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menegaskan bahwa Suriah tidak boleh menjadi sumber ketidakstabilan yang lebih besar di kawasan.
Hal ini disampaikan Erdogan kepada Presiden Rusia Vladimir Putin dalam percakapan via telepon pada Selasa (3/12), menurut pernyataan yang dirilis oleh Direktorat Komunikasi Turki.
Selama percakapan tersebut, kedua pemimpin membahas hubungan bilateral, masalah regional dan global serta perkembangan terakhir di Suriah, di mana pasukan anti-rezim dalam serangan mendadak telah mengambil alih Aleppo dan terus bergerak ke wilayah lain.
Turki akan terus mempertahankan pendiriannya yang teguh dalam memerangi kelompok teror PKK, dan afiliasi-nya yang mencoba mengambil keuntungan dari perkembangan terkini di Suriah, kata Erdogan.
Sembari menekankan bahwa warga sipil di Suriah tidak boleh dirugikan, dia mengatakan bahwa Ankara mengerahkan upaya maksimal untuk memulihkan ketenangan di negara tetangganya itu, di kala perang saudara telah berlangsung sejak 2011.
Erdogan mengatakan Turki mendukung integritas teritorial Suriah dan mengupayakan solusi yang adil dan langgeng. Ia menambahkan bahwa penting untuk membuka lebih banyak ruang bagi diplomasi di kawasan tersebut dan bahwa rezim Suriah harus terlibat dalam proses penyelesaian politik.
Bentrokan meletus pada 27 November antara pasukan rezim Assad dan kelompok bersenjata anti-rezim di pedesaan barat Aleppo di Suriah utara, menandai kembalinya eskalasi pertempuran setelah periode yang relatif tenang dalam konflik yang telah melanda Suriah lebih dari satu dasawarsa.
Dalam serangan terornya lebih dari 40 tahun terhadap Turki, PKK - yang terdaftar sebagai organisasi teroris oleh Turki, Amerika Serikat, dan Uni Eropa - bertanggung jawab atas kematian lebih dari 40 ribu orang, termasuk perempuan, anak-anak, dan orang tua. YPG merupakan cabang PKK di Suriah.
Sumber: Anadolu