Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol. Eddy Hartono menginstruksikan kepada seluruh jajaran BNPT untuk tetap meningkatkan kinerja dalam rangka meningkatkan kewaspadaan penanggulangan terorisme, terutama pada momen akhir tahun 2024.
"Masuk periode akhir tahun 2024 ini mari terus meningkatkan kinerja dalam berbagai upaya pencegahan dan penanggulangan terorisme," kata Eddy dalam Rapat Pimpinan (Rapim) BNPT di Sentul, Bogor Jawa Barat, Jumat (29/11), seperti dikutip dari keterangan yang dikonfirmasi di Jakarta, Senin.
Untuk itu, ia meminta sejumlah kegiatan kolaboratif harus terus ditingkatkan pada akhir tahun ini agar upaya pencegahan dapat selalu diglorifikasikan.
Dia berharap berbagai program BNPT bisa disinergikan dengan program-program kementerian/lembaga (k/l) yang berdampak positif kepada masyarakat.
Eddy menyebutkan terdapat sejumlah program BNPT terkait pencegahan terorisme yang berkolaborasi dengan k/l di antaranya, yakni program Sinergisitas, Desa Siapsiaga, Sekolah Damai, dan Dialog Kebangsaan.
Di sisi lain, Kepala BNPT tersebut pun tetap mengajak semua pihak untuk selalu waspada dan tidak boleh lengah terhadap ideologi radikal terorisme.
"Kewaspadaan harus terus dijaga dan ditingkatkan. Kita tidak boleh lengah terhadap ideologi kekerasan," ujarnya.
Sebelumnya, Kementerian Koordinator Bidang Politik dan Keamanan memastikan aksi terorisme di Indonesia telah menurun selama tiga tahun terakhir karena pemerintah berhasil dalam meredam cikal bakal pergerakan terorisme sejak dini.
"Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir telah terjadi penurunan insiden terkait terorisme di Indonesia. Dari tahun 2023 hingga paruh pertama tahun 2024, Indonesia berhasil mempertahankan status zero terrorism attack," kata Pelaksana Tugas Deputi Bidang Koordinasi Politik Luar Negeri Kemenko Polkam Adi Winarso saat memimpin Delegasi RI pada kegiatan The 4th Senior Officials Counter-Terrorism Policy Forum (SOCTPF) seperti dikutip siaran pers Kemenko Polkam, Jumat (29/11).
Menurut Adi, Indonesia berhasil berada dalam status aman dari terorisme karena pemerintah melakukan langkah pencegahan awal seperti menindak para pelaku sebelum melakukan aksinya.
Namun demikian, Adi tetap menyoroti munculnya fenomena aksi terorisme baru yang lebih moderen dengan menggunakan teknologi.
Ragam fenomena yang muncul, seperti perekrutan anggota teroris lewat teknologi media, penyebaran paham-paham ekstremisme melalui internet, penggunaan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), dan penggunaan cryptocurrency dalam pendanaan terorisme.