Kendari (ANTARA) - Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC) Tipe Madya Pabean (TMP) C Kendari menyatakan bahwa sektor pertambangan mendominasi sumber devisa hasil ekspor di Sulawesi Tenggara (Sultra) sejak 2022 hingga Mei 2023.
Kepala Seksi (Kasi) Pelayanan Kepabeanan Cukai dan Dukungan Teknis KPPBC Kendari Fardi Saleh di Kendari, Selasa, mengatakan dua perusahaan pertambangan mendominasi devisa ekspor Sultra yakni PT Obsidian Stainless Steel (OSS) dan Virtue Dragon Nickel Industry (VDNI) yang beroperasi di Kecamatan Morosi, Kabupaten Konawe.
"Data ekspor di Sultra pada tahun 2023 masih didominasi oleh produk pertambangan yang beroperasi di Morosi yaitu PT VDNI dan PT OSS. Sedangkan nomor urut ketiga sampai 13 merupakan hasil perikanan," katanya.
Dia menyebut nilai devisa ekspor PT OSS mencapai 952,14 juta dolar AS dengan komoditas ekspor stainless steel billet ferro nickel. Sedangkan nilai devisa ekspor PT VDNI mencapai 547,10 juta dolar AS dengan komoditas ekspor ferro nickel.
"Kemudian data ekspor untuk di Sultra selanjutnya oleh perikanan, ada 11 eksportir didominasi oleh produk perikanan yaitu udang, gurita, daging kepiting, tenggiring kepiting hidup, serta siput laut," ujar dia.
Fardi menerangkan dari 11 eksportir yang mengekspor hasil perikanan menyumbang devisa mencapai 2,52 juta dolar AS.
Ia merinci ke-11 perusahaan tersebut yakni PT Graha Makmur Cipta Pratama nilai devisa 508,33 ribu dolar AS dengan komoditas udang; Sultra Tuna Samudra 299,68 ribu dolar AS komoditas gurita; Jala Crabindo International 650,99 ribu dolar AS komoditas daging kepiting; Anugerah Dua Putera 767,92 ribu dolar AS dengan komoditas tenggiri; CV Asia Bahari Fishery 125,73 ribu dolar AS dengan komoditas tenggiri.
Selanjutnya, UD Dirza 74,84 ribu dolar AS dengan komoditas kepiting hidup; CV Abong Ome 59,39 ribu dolar AS komoditas tuna segar; Triapwindo Multi Tehnik 16,22 ribu dolar AS komoditas kepiting hidup; UD Maulana Jaya Mandiri 12,27 ribu dolar AS komoditas tuna segar; CV Jaya Seafood 1,14 ribu dolar AS komoditas tuna segar; dan KSU Adi Jaya Lestari 4,23 ribu dolar AS dengan komoditas siput laut.
"Untuk produk pertambangan masih mendominasi pada devisa ekspor, selanjutnya khusus untuk produk kelautan didominasi dari udang. Dan untuk produk pertanian sampai saat ini di tahun 2023 belum ada," demikian Fardi.