Kendari (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sulawesi Tenggara (Sultra) melakukan penguatan koordinasi pendampingan terhadap ibu hamil dan ibu pasca persalinan sebagai upaya dalam rangka percepatan penurunan angka stunting di daerah itu.
"Hasil SSGI 2022, prevalensi angka stunting di SUltra berada pada angka 27,7 persen atau turun 2,8 persen dari tahun 2021 yang mencapai 30,2 persen," kata Plh kepala BKKBN Sultra, Muslimin, saat membuka kegiatan yang berlangsung selam tiga hari tersebut di Kendari, Kamis.
Dikatakan, stunting tidak hanya berbicara masalah tinggi badan, ttapi yang paling berbahaya adalah rendahnya kemampuan anak untuk belajar, keterbelakangan mental dan timbulnya penyakit kronis yang gampang masuk ke tubuh anak.
"Oleh karena itu, kasus stunting ini harus kita turunkan dengan target 14 persen hingga 2024," katanya.
Ia melanjutkan bahwa KB pascapersalinan merupakan salah satu arah kebijakan BKKBN untuk menurunkan prevalensi angka stunting.
Untuk menurunkan angka stunting kata dia, BKKBN Sultra sudah melakukan upaya dengan pendekatan KB pascapersalinan diantaranya pendistribusian Alokon KB MINIPIL dan suntik Gestin untuk ibu menyusui.
"Melalui bantuan operasional Keluarga berencana (BOKB) pendampingan ibu hamil dan ibu pascapersalinan yang tersebar di 17 kabupaten kota. BOKB mengitervensi 2 kategori. Kemudian melakukan pendampingan ibu hamil dengan pemeriksaan secara berkala dan berbagai kegiatan lainnya," katanya.
Ketua Panitia, Rifki Muslim melaporkan bahwa kegiatan itu diikuti sebanyak 34 orang terdiri kepala bidang KB se Sultra dan kepala seksi Kesertaan Ber-KB OPD kab/kota.
"Tujuan kegiatan ini untuk memberikan penguatan koordinasi terhadap segala kegiatan pendampingan ibu hamil dan ibu pascapersalinan dalam rangka penurunan stunting kepada seluruh pemangku kepentingan di setiap kabupaten kota," pungkasnya.