Kendari (ANTARA) - Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Sulawesi Tenggara menggandeng kepala sekolah dan pengawas SD dan SMP di Kota Kendari dalam memperluas transaksi digital melalui Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS).
Deputi Kepala Kantor Perwakilan (KPwBI) Sultra Aryo Wibowo T. Prasetyo di Kendari, Sabtu mengatakan pihaknya terus memperluas ekosistem keuangan digital di Sultra salah satunya dengan menggandeng kepala sekolah dan pengawas.
"Cara paling efektif perluasan EKD ini dengan menggandeng komunitas seperti pelaku usaha, para guru dan kepala sekolah," kata Aryo di sela rapat koordinasi edukasi "Cinta, Bangga, Paham Rupiah" dan pengenalan QRIS kepada kepala SD dan SMP serta pengawas sekolah di Kota Kendari, Sultra, Sabtu.
Menurutnya, dengan mendorong penggunaan transaksi nontunai maka transaksi tunai berkurang termasuk menekan peredaran uang tak layak edar.
"Ini yang kami inginkan sebab hingga saat ini hampir tiap minggu rata-rata Rp7 miliar uang rupiah tak layak edar yang kami musnahkan," beber Aryo.
Dia berharap, kegiatan yang diikuti 126 kepala SD, 42 kepala SMP dan delapan orang pengawas sekolah se-Kota Kendari dapat meningkatkan kesadaran masyarakat terkait dengan "Cinta, Bangga, dan Paham Rupiah" serta bisa menerapkan transaksi melalui QRIS.
BI Sultra mendorong agar penggunaan QRIS bisa lebih luas karena merupakan salah satu sistem pembayaran yang cepat mudah murah dan aman.
"Di sekolah baik negeri maupun swasta masih banyak yang bayar iuran secara tunai, kita ingin ke depan kantin, koperasi dan lainnya bisa nontunai," ujar Aryo.
Kepala Dinas Pendidikan, Kepemudaan dan Olahraga Kendari Sudirham mengajak seluruh satuan pendidikan tingkat SD dan SMP untuk menanamkan rasa cinta dan kebanggaan terhadap rupiah di kalangan sekolah.
"Lewat edukasi dari BI ini, para guru, kepsek dan pengawas sekolah dapat meneruskan pemahaman soal cinta bangga dan paham rupiah kepada anak-anak didik," katanya.
Menurutnya, upaya menanamkan rasa cinta dan kebanggaan terhadap Rupiah di kalangan anak didik dapat dilakukan tenaga pengajar melalui berbagai kegiatan.
"Bisa lewat sosialisasi di tiap sekolah, misalnya pada saat apel pagi, ataupun membuat kegiatan atau lomba-lomba," kata Sudirham.