Jakarta (ANTARA) - Presiden Joko Widodo menyatakan bahwa penularan COVID-19 di Indonesia masih terkendali, meski belakangan angka kasusnya naik tetapi kenaikannya tidak terlalu tinggi.
"Yang paling penting kita berpegangan kepada angka positivity rate, pegangannya itu. Kan harus di bawah 5 persen, kita sekarang di angka 1,03 persen. Jadi masih pada posisi terkendali," kata Presiden pada Jumat, usai menghadiri peluncuran Program Rehabilitasi Mangrove dan World Mangrove Center di Bogor, Jawa Barat.
Dalam tiga hari terakhir angka kasus positif COVID-19 di Indonesia naik dari 300-an menjadi 500-an dalam sehari.
"Saya sudah minta untuk diwaspadai ada sedikit kenaikan karena kemarin, tiga minggu atau sebulan yang lalu, karena kita Lebaran, tapi saya kira kenaikan ini masih dalam posisi terkendali," kata Presiden.
Menurut Presiden, hal itu terlihat dari angka positivity rate--perbandingan jumlah orang yang positif COVID-19 dengan keseluruhan orang yang diperiksa-- yang masih di angka 1,03 persen.
"Kemudian juga laju transmisi ini juga masih di angka yang terkendali. Angkanya 20 per 100 ribu kasus per minggu, dan kita masih berada di angka 1. Jadi masih terkendali, tapi tetap kewaspadaan itu penting," katanya.
Presiden mendorong warga menjalani vaksinasi COVID-19 dosis ketiga atau dosis penguat guna meningkatkan ketahanan tubuh terhadap serangan penyakit tersebut.
"Oleh sebab itu saya akan tekankan lagi pentingnya booster, suntikan ketiga, ini akan kita terus lakukan," tambah Presiden.
Menurut data Satuan Tugas Penanganan COVID-19 pada 9 Juni 2022 jumlah kasus infeksi virus corona penyebab COVID-19 di Indonesia bertambah 556 menjadi total 6.058.736 kasus.
Jumlah penderita COVID-19 yang sudah sembuh tercatat bertambah 410 menjadi 5.898.040 orang dan jumlah pasien yang meninggal karena penyakit itu bertambah tujuh menjadi total 156.635 orang sejak kasus COVID-19 pertama di Indonesia diumumkan pada awal Maret 2020 sampai 9 Juni 2022.
Penderita COVID-19 yang masih menjalani karantina dan atau perawatan di Indonesia tercatat 4.061 orang.
Pemerintah menggiatkan pelaksanaan vaksinasi untuk menuntaskan pelaksanaan vaksinasi pada seluruh sasaran, yang tercatat sebanyak 208.265.720 orang.
Menurut data Kementerian Kesehatan, hingga 9 Juni 2022 vaksinasi COVID-19 dosis pertama dan dosis kedua masing-masing sudah dilakukan pada 96 persen dan 80 persen dari sasaran, sedangkan vaksinasi penguat baru mencakup 22 persen sasaran.
Sementara itu Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman meminta pemerintah untuk lebih menggencarkan vaksinasi dosis ketiga dalam rangka mencegah kenaikan kasus COVID-19 di dalam negeri.
"Kita masih punya PR besar dan segera harus dikejar. Penting bagi Indonesia untuk membangun imunitas di masyarakat mencapai dosis ketiga," ujar dia ketika dihubungi di Jakarta, Kamis.
Ia menilai bahwa jumlah vaksinasi COVID-19 dosis ketiga yang belum tinggi menjadi salah satu faktor kasus COVID-19 kembali naik.
"Selama masyarakat belum tinggi proteksinya akan timbul lonjakan dan kerawanan," ucapnya.
Menurutnya, antibodi yang telah terbentuk usai vaksinasi dua dosis dalam kisaran empat hingga enam bulan kemudian akan cenderung menurun.
Di sisi lain, ia menambahkan, potensi reinfeksi COVID-19 juga masih terbuka karena menurunnya antibodi di sejumlah masyarakat yang belum mendapatkan dosis ketiga.
"Bukan hal aneh karena reinfeksi, mayoritas penduduk belum di-'booster' (vaksin penguat), itu salah satu hal yang membuat kasus masih bisa terjadi," tuturnya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Presiden: Penularan COVID-19 masih terkendali