Kendari (ANTARA) - Lima kabupaten di Sulawesi Tenggara (Sultra) memiliki cadangan tanaman sagu terluas yang diperkirakan bisa diolah oleh masyarakat setempat dan memproduksi sagu siap jual hingga puluhan tahun kedepan.
Data Dinas Perkebunan dan Hortikultura Sultra yang diterima di Kendari, Rabu, menyebutkan lima wilayah kabupaten yang menjadi titik sentra perkebunan sagu meliputi Kabupaten Konawe, Kolaka, Konawe Selatan, Konawe Utara dan Kolaka Timur.
Kabid Perkebunan Dinas Perkebunan dan Hortikultura Sultra, Ilhas Landu menyebutkan, secara keseluruhan total areal tanaman sagu milik petani di Sultra mencapai 4.501 hektare dan setiap tahun bisa berkurang akibat pengolahan untuk menghasilkan sagu siap konsumsi.
Dari luas hamparan tanaman sagu itu yang belum menghasilkan ada sekitar 1.688 hektare, sedangkan tanaman yang menghasilkan seluas 2.607 hektare dan yang tidak terawat atau rusak seluas 206 hektare.
"Produksi sagu sementara mencapai 2.990 ton dengan tingkat rata-rata capaian 1.146,9 kilo gram per hektare dengan melibatkan petani sebanyak 9.454 orang," ujar Ihlas.
Ia mengatakan, pemerintah Sultra saat ini mendorong para petani di daerah sentra untuk mengembangkan tanaman sagu sebagai salah satu tanaman dan makanan pokok masyarakat Sultra selain beras, jagung dan umbi-umbian.
"Masyarakat khususnya yang tergabung dalam kelompok pengolah sagu diharapkan dapat berkarya dan lebih produktif mengolah tepung sagu, sebagai bahan pangan alternatif. Karena selama ini para petani di daerah itu lebih mengandalkan pengolahan sagu dari proses penebangan pohon hingga menghasilkan tepung secara tradisional sehingga cukup menguras tenaga mereka," ujarnya
Bahkan Pemkab Konawe telah memberi bantuan kepada kelompok pengolah sagu berupa mesin parut sagu serta fasilitas penunjang kegiatan pengolahan tepung sagu seperti mesin alkon, dan alat penebang sagu yang bertujuan agar petani tidak lagi kesulitan mengolah usahanya.
"Pemprov Sultra melalui instansi terkait juga telah menggalakkan program makan sagu untuk mengurangi ketergantungan warga terhadap beras," jelasnya.