Kendari (Antara News) - Pemerintah Kota Kendari menetapkan Kelurahan Watulondo Kecamatan Puuwatu sebagai kawasan pengembangan tanaman sagu sebagai salah satu upaya mempertahankan ketersediaan bahan baku panganan lokal di daerah itu.
"Sebentar lagi saya akan bikin kampung sagu, saya mulai khawatir orang mulai tebang-tebang pohon sagu di kota ini, saya akan bikin di Watulondo, kita akan bikin peraturan tata ruangnya agar wilayah itu tidak bisa dikonversi menjadi pemukiman," kata Wali Kota Kendari Asrun, Senin.
Selain menjaga kelestarian pohon sagu, kata dia, kawasan ini juga bisa dijadikan kawasan wisata. Kawasan ini juga akan dilengkapi dengan proses mengolah sagu, termasuk berbagai produk yang sudah dihasilkan dengan bahan baku sagu.
Menurut Asrun, pihaknya sangat mengapresiasi upaya yang dilakukan Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari yang sudah meneliti sejumlah produk pangan lokal, seperti sinonggi instant dan kabuto instant.
Kepala Kantor Ketahanan Pangan Kendari Nismawati menjelaskan selain sebagai pangan alternatif, pengembangan tanaman sagu dimaksudkan untuk mengurangi ketergantungan terus menerus warga terhadap beras.
"Leluhur warga Sultra khususnya yang mendiami wilayah daratan, menjadikan sagu sebagai makanan pokok dalam bentuk penganan yang disebut sinonggi. Namun karena seiring perkembangan pertanian di Sultra, warga beralih dari pengonsumsi sagu menjadi pengonsumsi beras," katanya.
Dijelaskan, sagu merupakan pangan lokal yang memiliki kandungan karbohidrat yang seimbang sehingga baik untuk kesehatan, selain itu kata dia kandungan serat yang cukup tinggi pada sagu cocok bagi warga yang menderita diabetes.
"Selama ini warga Kendari masih mengandalkan beras sebagai pangan utama, sehingga pada kondisi tertentu, ketika beras langka di pasar, harganya melonjak," ujarnya.