Jakarta (ANTARA) - Pemerintah menilai peran perguruan tinggi penting dalam menangkal disinformasi penanganan pandemi COVID-19 di
Tanah Air karena akan berpengaruh pada program pemulihan nasional.
"Kita punya strategi, sistem, struktur, speed dan juga skill untuk mencapai target, (yaitu) yang sakit cepat sembuh, yang sehat tetap sehat," ujar Koordinator Tim Pakar, sekaligus Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito dalam keterangan tertulisnya, Sabtu.
Masifnya informasi soal penanganan pandemi terutama di media sosial berpengaruh pada pola pikir masyarakat. Namun di antara informasi-informasi tersebut tak sedikit yang berisi kabar menyesatkan dan malah menghambat program pemulihan nasional, ujarnya.
Maka dari itu, ujarnya kerja sama harus terjalin bukan hanya di jajaran pemerintah saja, namun juga bersifat gotong royong yang melibatkan seluruh elemen bangsa.
Menurut dia komunikasi publik yang baik, termasuk yang melibatkan kampus, dinilai dapat membangkitkan sebuah gerakan untuk memenuhi seluruh target untuk mencegah penularan COVID-19 di dunia dan di Indonesia pada khususnya.
"Target-target itu meliputi penekanan jumlah kasus, testing, tracing, vaksinasi, perubahan perilaku, interoperabilitas data, sosialiasi masif dan melindungi yang rentan," kata dia.
Sementara itu, Tenaga Ahli Menteri Bidang Literasi Digital dan Tata Kelola Internet Kementerian Komunikasi dan Informasi Donny Budi Utoyo mengatakan pemerintah terus berupaya dalam meningkatkan literasi kesehatan di masyarakat.
Salah satu upayanya dengan meluncurkan gerakan Literasi Digital Nasional yang melibatkan berbagai elemen masyarakat, sehingga diharapkan dapat menjadi sebuah gerakan yang mendorong berbagai inisiatif untuk melakukan kerja-kerja konkret di tengah masyarakat.
"Gerakan ini baru saja diluncurkan Bapak Presiden Joko Widodo. Konsepnya multi stakeholders (gotong royong). Jadi gerakan ini adalah kerja gotong royong supaya Indonesia makin cakap (digital) dalam memanfaatkan digitalisasi untuk kegiatan edukatif dan produktif," kata dia.