Kendari (ANTARA) - Dinas Pertanian Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra), menyebutkan bahwa seluas 200 hektare sawah di areal persawahan Amohalo Kendari saat ini tidak diolah diakibatkan bendungan yang menjadi sumber air mengalami rusak berat.
"Dari 700 hektare luas sawah di Amohalo, terdapat 200 hektare yang tidak bisa diolah oleh petani karena tidak tersedianya air. Satu-satunya Bendungan Amohalo yang menjadi sumber pengairan saat ini mengalami rusak berat," kata kepala Dinas Pertanian Kendari, Sitti Ganef, di Kendari, Kamis.
Dikatakan, Bendungan Amohalo yang dibangun oleh pemerintah pusat 2003 lalu tersebut berlokasi di Kecamatan Baruga Kota Kendari dengan luasan DAS (daerah aliran sungai) 38,63 km persegi.
"Meski pun sudah dilakukan perbaikan secara swadaya oleh warga tani, tetapi kerusakannya belum bisa teratasi," kata Ganef.
Menurut dia, tidak terolahnya 200 hektare sawah tersebut akan berdampak terhadap tingkat produksi padi yang juga akan turun dari tahun-tahun sebelumnya, karena saat ini hanya menyisahkan 500 hektare sawah yang berproduksi dengan rata-rata produksi 5,5 ton per hektare.
"Pengairan untuk areal sawah itu tergantung pada bendungan, meskipun ada sebagian yang sawah tadah hujan. Kalau 200 hektare sawah tidak diolah, akibatnya ada petani menganggur dan kehilangan pendapatan," katanya.
Upaya jangka pendek yang dilakukan saat ini kata Ganef, petani memanfaatkan pompa air untuk memenuhi kebutuhan air sawahnya yang dekat dengan sungai atau memungkikan untuk ditarik airnya dari sungai.
"Harapan kami saat ini adalah pemerintah pusat bisa membantu, karena pemerintah kota tidak memiliki dana yang cukup untuk menangani kerusakan tersebut," katanya.