Jakarta (ANTARA) - Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat atau PUPR Basuki Hadimuljono mengungkapkan Bendungan Ladongi disiapkan untuk mengurangi banjir di Sulawesi Tenggara (Sultra).
"Namun dengan adanya dua bendungan besar yakni Ladongi dan Ameroro yang rata-rata berkapasitas tampung 50 juta meter kubik, Insya Allah sudah bisa mengatasi banjir yang sering melanda Kolaka Timur, Konawe dan hilirnya," ujar Menteri PUPR dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu.
Menteri Basuki mengatakan Bendungan Ladongi merupakan satu dari tiga bendungan yang disiapkan untuk mengurangi risiko banjir di Sultra.
Bendungan kedua adalah Bendungan Ameroro dengan kapasitas tampung 55,1 juta meter kubik di Kabupaten Konawe yang kini dalam tahap konstruksi dengan progres fisik 25 persen dan Bendungan ketiga adalah Bendungan Pelosika yang nantinya akan membendung Sungai Konawe dan kini masih dalam tahan persiapan (review design).
Kementerian PUPR melalui Balai Wilayah Sungai Sulawesi (BWSS) IV Kendari Direktorat Jenderal (Ditjen) Sumber Daya Air telah memulai pembangunan Bendungan Ladongi sejak 2016 dan telah selesai pada akhir 2021.
Pembangunan bendungan ini bertujuan untuk mengoptimalkan potensi aliran Sungai Ladongi sebagai sumber daya air di Kabupaten Kolaka Timur.
Bendungan Ladongi memiliki kapasitas tampung 45,9 juta meter kubik dan luas genangan sebesar 222 hektare akan dimanfaatkan untuk mengurangi risiko banjir sebesar 176,62 meter kubik/detik atau sebesar 49,90 persen.
Selain itu juga penyediaan air baku sebesar 120 liter/detik, air irigasi seluas 3.604 hektare dan berpotensi untuk sumber Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH).
Bendungan Ladongi merupakan bendungan tipe urugan batu dengan tinggi bendungan 67 meter. Konstruksi dilakukan oleh kontraktor BUMN PT.Hutama Karya dengan kerja sama operasi (KSO) bersama kontraktor swasta nasional yakni PT. Bumi Karsa dengan biaya APBN sebesar Rp1,2 triliun.