Jakarta (ANTARA) - Aiptu Sarjono (47), terpilih sebagai salah satu personel Polri teladan atas jasanya menekan laju pertumbuhan COVID-19 di kawasan zona merah Penggilingan, Cakung, Jakarta Timur.
Angka tertinggi kasus COVID-19 di wilayah itu, khususnya RT17 RW05 Penggilingan terjadi pada kurun April hingga Agustus 2020 dengan jumlah kasus rata-rata mencapai 22 pasien positif.
Kini, jumlah pasien COVID-19 di lingkungan tersebut berhasil ditekan hingga nol kasus atas kiprah Sarjono bersama rekan seprofesi yang tergabung dalam Bhabinkamtibmas Polsek Cakung.
Sarjono melakukan sejumlah kegiatan untuk memutus mata rantai penularan COVID-19 sebagai bagian dari Program Kampung Tangguh Jaya yang diinisiasi oleh Polda Metro Jaya sejak 11 September 2020.
Polda Metro Jaya, Pangdam Jaya, dan Pemprov DKI berkolaborasi membuat program Kampung Jaya di 126 lokasi untuk menekan laju pertumbuhan COVID-19 di Jakarta, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jadetabek), salah satunya berada di RT17 RW05 Penggilingan, Cakung.
Mengawali program itu bukan hal mudah bagi ayah dua anak itu, sebab perkampungan berpopulasi 440 jiwa di RT17 tergolong kumuh dan jorok. Protokol kesehatan pun belum terkoordinasi secara baik.
"Awalnya kita berembuk dengan tokoh masyarakat di RW05 bersama Tiga Pilar. Kemudian ditentukan isolasi dalam skala agak besar seperti di pintu gerbang, posko, ruang isolasi, sarana olahraga, sarana bermain, perkebunan, peternakan dan titik rawan lainnya," kata Sarjono.
Penegakan disiplin pun dilakukan secara persuasif melalui sosialisasi dan edukasi secara berkeliling kampung menggunakan pengeras suara.
"Yang bandel itu ada saja, keluar gak pakai masker. Alasannya lupa, tapi selalu diulangi terus. Belum lagi titik-titik kerumunan penduduk yang harus secara rutin kita ingatkan tentang menjaga jarak," katanya.
Sarjono pun melibatkan tim dari Satpol PP untuk melakukan operasi yustisi yang secara berkala digelar untuk menindak warga yang acuh terhadap protokol kesehatan.
Sanksi pun diberikan bagi pelanggar, mulai dari membersihkan lingkungan hingga denda yang membuat para pelanggar jera.
Setelah tingkat kedisiplinan warga bertambah baik, pria lulusan Sekolah Polisi Negara (SPN) Lido, Cigombong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat pada 1996 itu mulai meningkatkan kemandirian warga.
"Kita mulai menanam sayur, beternak ikan, ayam, bebek dan lainnya di tanah kosong. Kita juga membuat rumah isolasi khusus pasien COVID-19 hingga membangun swasembada pangan di kebun pembibitan. Hasilnya dikonsumsi oleh warga," katanya.
Warga Kota Bekasi itu pun rutin menyambangi Kampung Tangguh Jaya hampir setiap hari. "Satu sampai dua sepekan kita lakukan pembagian masker, penyemprotan disinfektan setiap hari Jumat dan olahraga setiap akhir pekan," katanya.
Rangkaian kegiatan itu digelar secara konsisten. Termasuk penelusuran, pengetesan hingga pengobatan pasien.
Pada akhir Desember 2020, angka penyebaran COVID-19 di RT17 RW05 Penggilingan pun sirna. Hingga saat ini kampung tersebut telah menjadi zona hijau dengan tingkat penularan yang berhasil ditekan hingga nol kasus.
Atas kiprah tersebut, Sarjono diganjar piagam penghargaan sebagai prajurit Polri yang berhasil memerangi COVID-19 di wilayah hukum Polda Metro Jaya.
Piagam itu diberikan oleh Kapolrestro Jakarta Timur, Kombes Pol Erwin Kurniawan melalui kegiatan apel di Mapolrestro Jaktim, Senin pagi.
Orang tua tunggal
25 tahun lalu, Sarjono hanyalah pekerja serabutan yang mencari nafkah sebagai pengendara ojek pangkalan di dekat Pabrik Khong Guan Pasar Rebo, Jakarta Timur.
Namun atas motivasi sang kakak, pria kelahiran Sragen,13 Oktober 1974 silam itu berhasil lulus dari Sekolah Polisi Negara (SPN) Lido pada angkatan 1995/1996.
"Cita-cita saya sebenarnya ingin jadi tentara," katanya.
Sarjono dikaruniai sepasang anak, yakni Desta (16) dan Nadia (21) dari pernikahannya dengan Supriyanti (58).
Sudah sepekan terakhir, Sarjono berduka. Ia baru saja ditinggal wafat Supriyanti akibat penyakit COVID-19.
Sang istri wafat pada Minggu (24/1) dini hari. Tim medis Rumah Sakit Polri mendiagnosa Supriyanti terpapar COVID-19.
"Kalau sakit tidak lama, selama saya jadi suaminya tidak pernah almarhumah sakit, kalau sakit biasa saja. Tapi kemarin Rabu (20/1) agak lemes, saya bawa ke RS Mitra Bekasi Barat. Di sana antigennya reaktif, tapi karena hasil PCR belum keluar dan masih bisa jalan, dirawat dulu di rumah, saya beli tabung oksigen. Beliau hanya lemas dan batuk," katanya.
Keesokan harinya kondisi fisik sang istri semakin memburuk, sehingga diputuskan membawa ke Rumah Sakit Polri Kramat Jati hingga akhirnya meninggal dunia.
Sebelum ditinggal pergi sang istri, Sarjono juga kehilangan putranya bernama Desta (16) yang meninggal dunia pada 2018 akibat kecelakaan lalu lintas saat sedang menjemput sang ibu.
"Desta meninggal saat mau jemput ibunya dua tahun lalu karena kecelakaan lalu lintas. Sekarang tinggal bedua sama Nadia," katanya.
Semangat juang
Peristiwa meninggalnya sang istri justru melecut semangat Sarjono untuk memerangi COVID-19. "Salah satu korbannya istri saya, saya harus lebih semangat lagi menyampaikan edukasi kepada masyarakat untuk menjaga kesehatan, patuh protokol dan harus selalu berdoa pada Allah SWT agar pandemi ini segera berlalu," katanya.
Menurut Sarjono, perang terhadap COVID-19 perlu dilakukan secara gotong royong melalui kesadaran pribadi masyarakat untuk tidak memberikan ruang untuk COVID-19 bersarang.
Kapolrestro Jakarta Timur Kombes Pol Erwin Kurniawan mengatakan Aiptu Sarjono merupakan potret Polri yang harus menjadi contoh untuk personel kepolisian dan masyarakat.
"Hari ini ada kehidupan Aiptu Sarjono yang kita ketahui bersama. Itulah sesungguhnya potret Polri yang jadi contoh untuk yang lainnya bagaimana kita ambil pelajaran dari kesedihan Pak Sarjono," kata Erwin.
Erwin menyadari bahwa penghargaan berupa piagam dan pembinaan yang diberikan Polda Metro Jaya belum sebanding dengan pengorbanan yang dialami Sarjono.
Kiprah Sarjono memerangi COVID-19 di kawasan Penggilingan boleh jadi kecil sumbangannya, tapi upaya tersebut tak bisa dipungkiri telah memberikan arti tersendiri di tengah tingginya jumlah kasus COVID-19 di Indonesia yang awal Februari 2021 telah menyentuh angka 1 juta kasus lebih.