Kendari (ANTARA) - Pelaksana Tugas Direktur Rumah Sakit Bahteramas Kendari, Sulawesi Tenggara dr Hasmudin, mengatakan saat ini alat centrifuse Polymerase Chain Reaction (PCR) di rumah sakit tersebut rusak sehingga semua sampel uji usap (test swab) kembali harus dikirim ke laboratorium di Kota Makassar, Sulawesi Selatan.
"Alat PCR-nya tidak rusak, tapi kan sebelum masuk alat PCR itu sampel-sampel itu harus di centrifuse dulu, centrifuse nya ini yang rusak," kata dr Hasmudin, saat diwawancara via telepon selulernya, di Kendari, Rabu malam.
Hasmuddin menjelaskan, alat centrifuse berfungsi memutar setiap sampel uji usap sebelum dimasukkan ke dalam PCR. Alat tersebut memutar hingga beberapa jam sampel dari pasien sebelum masuk ke dalam alat PCR.
"Jadi itu swab setelah diambil dari pasien dimasukkan di alat itu (centrifuse), kemudian diputar, diekstrasi namanya, diputar sampai berapa jam di ekstrasi. Kemudian sampel itu bisa masuk ke alat PCR untuk diperiksa," jelas Hasmudin.
Akibat rusaknya alat centrifuse, maka semua sampel uji usap terpaksa dikirim kembali ke laboratorium yang ada di Kota Makassar, sambil menunggu alat centrifuse yang sudah dipesan tiba.
"Hasil swab itu kan dilakukan oleh Dinas Kesehatan melalui Labkesda, kemudian sampel itu untuk sementara dikirim ke Makassar sampai menunggu alat centrifuse itu datang, kan kita (sudah) beli yang baru," ujar Hasmudin.
Dijelaskannya, alat centrifuse tersebut rusak sejak tanggal 3 Oktober 2020. Dimana sejak alat tersebut rusak, maka semua sampel dikirim ke laboratorium di Kota Makassar.
Ia pun mengimbau kepada seluruh masyarakat khususnya di Sulawesi Tenggara agar benar-benar disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan saat menjalankan aktivitas kebiasaan baru, yakni memakai masker, menjaga jarak dan rajin mencuci tangan dengan menggunakan sabun guna menekan angka kasus COVID-19 di provinsi itu.
Berdasarkan data Tim Gugus Tugas Penanganan COVID-19 Sultra hingga Rabu, 14 Oktober 2020, tercatat total kasus positif COVID-19 di daerah itu sebanyak 3.800 orang, dinyatakan sembuh sebanyak 2.437 orang, yang tengah menjalani perawatan atau isolasi mandiri sebanyak 1.296 orang dan dinyatakan meninggal sebanyak 67 orang.