Jakarta (ANTARA) - Putri pertama proklamator RI Mohammad Hatta, Prof Dr Meutia Farida Hatta Swasono berharap banyak para pemuda atau generasi milenial di Tanah Air saat ini yang menjadi ahli sejarah agar Indonesia selalu akurat dalam hal sejarah.
"Saya harap banyak pemuda jadi ahli sejarah karena jika tidak, maka sejarah kita bisa tenggelam," kata dia saat diskusi daring dengan tema "Mengenal Lebih Dekat Sosok Bung Hatta" di Jakarta, Jumat.
Ia memahami saat ini banyak anak-anak muda yang tidak peduli dengan sejarah, namun hal tersebut menurutnya disebabkan ketidakpahaman mereka terkait hal itu.
"Mereka tidak peduli karena mereka tidak paham, makanya mereka tidak sayang terhadap sejarah," katanya.
Di lain sisi, ia meyakini jika sejarah tersebut diceritakan pada para generasi muda bangsa, pasti mereka memiliki rasa ingin tahu yang lebih dalam termasuk kaitan antara satu peristiwa dengan peristiwa lainnya.
Sebagai contoh, sering kali dalam pengetahuan sejarah difokuskan bahwa perjalanan ke Indonesia itu hanya melewati Selat Malaka, padahal ada perjalanan-perjalanan lain yang lebih dahulu terjadi melewati jalur lainnya.
Pada zaman nabi, kata dia, ada perdagangan kapur barus di Barus. Bahkan sebelum itu juga ada perdagangan kayu cendana dari timur. Keduanya tidak melewati Selat Malaka, melainkan Samudera Hindia.
Melalui sejarah tersebut juga dapat diketahui bahwa ada hubungan erat antara Barus dengan Arab atau Timur Tengah dan hal itu harus dibanggakan dan perlu dijadikan pembelajaran.
Ia menegaskan bahwa budaya Indonesia itu harus ditulis agar memberikan kebanggaan pada generasi milenial serta generasi sesudahnya. Sebab mereka harus mempunyai rasa memiliki atas bangsa sendiri.
Selain itu, ia menilai kejadian-kejadian di masa lalu tidak perlu ditutup-tutupi melainkan diceritakan dan solusi yang ada dijelaskan sehingga menciptakan kebaikan.
"Jangan membiarkan negeri hanya dikelola orang lain melalui kerjasama internasional, nanti yang untung siapa? Kita yang punya negeri jadi harus kita yang menguasai," ujarnya.
Untuk mewujudkan hal tersebut, maka pengetahuan tentang tata kekuatan budaya Tanah Air termasuk apa-apa saja yang ada di alam Indonesia misalnya flora dan fauna harus diketahui untuk kepentingan bangsa sendiri.
"Kita harus memberi semangat pada anak-anak sejak dini untuk mempelajari sejarah, mencintai bangsa dan negaranya sendiri. Baru setelah itu kita bisa menyumbang ke seluruh dunia," kata dia.