Kendari (ANTARA) - Meskipun hujan di beberapa wilayah sudah turun, namun petani pada sejumlah desa di Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara (Sultra), masih harus menunda pola tanam padi sawah mereka akibat intensitas air yang masih kurang mengairi lahan pertanian mereka.
"Seharusnya kami sejak bulan Desember 2019 atau Januari 2020 sudah turun sawah, namun karena hujan belum begitu deras maka diperkirakan awal Februari 2020 baru akan turun mengolah sawah," kata Yusuf (40) salah seorang petani di Kecamatan Rumbia, Bombana, Sabtu.
Menurut Yusuf, meskipun ada irigasi teknis di daerah ini, namun kondisinya tidak mampu lagi mengairi sawah yang mencapai ratusan hektare. Apalagi debit air di sungai itu juga menurun drastis akibat kemarau berkepanjangan di tahun 2019 lalu.
Bahkan ada puluhan hektare padi sawah milik petani setempat yang sudah lebih awal menanam padi kini terancam kekeringan karena tidak ada lagi air yang masuk di areal persawahan mereka, dan mereka berharap hujan segera datang untuk membantu penyelamatan tanaman yang usianya memasuki minggu kedua dan ketiga itu.
Ia mengatakan, dampak keterlambatan pola tanam yang sudah memasuki 3-4 bulan itu, persediaan padi yang dimiliki petani pun sudah mulai berkurang, sehingga diperkirakan akan terjadi kenaikan haarga beras di wilayah itu.
Pemicu lain akibat terbatasnya air irigasi di daerah itu, karena ada beberapa irigasi yang mengalami kebocoran, sehingga air terbuang dan mengalir ke persawahan petani pun terbatas.
"Sebenarnya, kebocoran irigasi dan ditambah dengan musim kemarau membuat beberapa kelompok tani di kelurahan dan desa lainnya harus antri untuk mengolah sawah. Air irigasi dari bendungan Langkapa dan Lameroro itu sudah tidak mampu untuk melayani ratusan hektare lahan persawahan petani," ujarnya.
Baca juga: Petani Kendari mampu produksi sayur hidroponik
Salah seorang petugas penyuluh pertanian Jamaludin Usman, membenarkan dampak kekeringan yang melanda wilayah Bombana menyebabkan pola tanam yang semestinya sudah dimulai sejak Septemeber-Oktober 2019 alami penundaan.
Dua wilayah kelurahan di Rumbia dan Kecamatan Lantari Jaya, areal persawahan irigasi mencapai lebih dari 2.500-an hektare, tersebar di beberapa tempat dengan tingkat produksi padi saat ini 7-8 ton per hektare.
Kadis Pertanian dan Peternakan Bombana, NHj Nur Alam secara terpisah membenarkan sebagian wilayah pertanian di Bombana belum terolah akibat terbatasnya air yang mengenangi areal sawah milik petani.
Ia mengatakan, dari hampir 20 ribu hektare padi sawah di wilayah Bombana sekitar 50 persen merupakan areal tadah hujan (non irigasi) yang hanya mengandalkan air dari langit.