Kendari (ANTARA) - PT Vale Indonesia Tbk sebagai perusahaan pertambangan nikel yang pertama kali beroperasi di Sorowako, Kabupaten Luwu Timur (Lutim), Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel), berupaya menerapkan sistem pertambangan modern, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, baik lingkungan hidup, ekonomi, dan sosial.
Sejak awal beroperasi Juli 1968, PT Vale telah membangun smelter dan tidak pernah mengekspor bijih mentah. Dimulai dengan penjualan perdana nikel matte pada tahun 1978. PT Vale selalu menjalankan kegiatan pertambangan dan pengolahan nikel mette secara terintegrasi. Upaya tersebut, membuat PT Vale mampu eksis hingga saat ini.
PT Vale telah menjadi bagian dari rantai pasokan nikel dunia. Produksi nikel matte PT Vale telah memasok 5 persen kebutuhan nikel di dunia. Produksi nikel tertinggi sebesar 81.777 ton dicapai pada tahun 2015, dan tahun 2022 PT Vale menargetkan volume produksi per tahunnya menjadi 90.000 ton.
Meskipun PT Vale telah memproduksi nikel mette hingga puluhan ribu per tahunya, namunperusahaan tetap berusaha menjaga kelestarian bumi. PT Vale menjalankan kegiatan pertambangan dan pengolahan biji nikel dengan melaksakan praktik-praktik terbaik didukung penerapan teknologi yang ramah lingkungan.
Selian itu, PT Vale mempunyai komitmen agar tidak menimbulkan dampak negatif, baik di dalam waupun di luar wilayah operasi penambangan. Hal itu sesuai dengan misi PT Vale yaitu mengubah sumber daya alam (SDA menjadi sumber daya kemakmuran dan pembangunan berkelanjutan.
Kontribusi Perekonomian Negara dan Masyarakat
Secara ekonomi, PT Vale telah memberikan kontribusi yang signifikan bagi Indonesia, karena setiap tahun membayar pajak dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP).
Selain itu, melalui amendemen kontrak karya pada tahun 2014, PT Vale telah menaikan setoran iuran produksi (royalti) per tahun menjadi 2% dari semula 0,6%, dengan opsi kenaikan menjadi 3%, ketika harga nikel mencapai 21 ribu dollar AS per ton. Realisasi pembayaran pajak dan PNBP pada tahun 2018 mencapai 91,87 juta dollar AS, meningkat 46% dibanding pada tahun 2017.
Kehadiran PT Vale juga memberikan kontribusi bagi perekonimian masyarakat di daerah pertambangan. Berdasarkan data pekerja PT Vale, hingga akhir tahun 2018 terdapat 3.092 orang terdiri dari 3.085 karyawan tetap dan 7 karyawan kontrak.
Selanjutnya, sebanyak 3.087 karyawana atau 99,94% diantaranya merupakan warga negara Indonesia (WNI) dan 5 karyawan atau 0,16% adalah warga negara asing (WNA). Dimana sebanyak 2.874 orang atau 93% karyawan PT Vale merupakan warga Sorowako dan daerah lain di Kabupaten Luwu Timur, sementara 213 pekerja lain berasal dari berbagai daerah di Indonesai.
Selain itu, dari segi sosial pada tahun 2013 PT Vale menyusun Program Terpadu Pengembangan Masyarakat (PTPM) sebagai bentuk pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR). PTPM ditujukan untuk medorong kesejahteraan masyarakat diwilayah pemberdayaan dan disusun untuk periode 2013-2107 lalu dilanjutan periode 2018-2022
Setiap tahun PT Vale menyertakan pelaksanaan pengelolaan lingkungan pada Program Penilaian Pengkatan Kinerja Perusahaan (PROPER) oleh Kemeterian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Selama beberapa tahun terakhir sampai dengan tahun 2018 PT Vale telah mempertahankan peringkat POPER Biru dan Kandidat Hijau untuk pertama kalinya.
Baca juga: PT Vale bina warga kembangkan 130 tanaman herbal
Pengembangan Energi Terbarukan dan Efisiensi Energi
Energi dibutuhkan untuk kegiatan operasional tambang, pengangkutan material tambang, dan pengolahan di fasilitas pemurnian. Kebutuhan energi dipenuhi dari pemakaian bahan bakar dan pasokan listrik dari pembangkit.
Bahan bakar yang digunakan meliputi High Sulphur Fuel Oil (HSFO) dan High Speed Diesel (HSD) dan digunakan untuk operasional alat berat dan kendaraan pengangkut. Selain itu, juga ada batubara untuk tanur pengering dan HSFO untuk tanur pereduksi. Listrik dimanfaatkan sebagai sumber energi tanur pemurnian dan juga kegiatan pendukung lain.
Sepanjang lima dekade, PT Vale telah membangun dan mengoperasikan tiga PLTA berkapasitas total 365 Megawatt. Penggunaan energi bersih sudah dimulai PT Vale di tahun-tahun awal Perusahaan beroperasi.
Keberadaan tiga PLTA tersebut mampu menurunkan ketergantungan Perusahaan terhadap bahan bakar fosil untuk menyuplai energi ke pabrik pengolahan.
PT Vale juga menggunakan biodiesel sebagai bahan bakar untuk kendaraan bermotor operasional Perusahaan. Secara bertahap, kami berupaya meningkatkan konsentrasi bahan bakar nabati (BBN) dalam biodiesel hingga 20% sesuai Permen ESDM No. 12/2015 tentang Penyediaan, Pemanfaatan, dan Tata Niaga Bahan Bakar Nabati sebagai Bahan Bakar Lain.
Penggunaan Boiler Terbarukan dan Ramah Lingkungan
PT Vale Indonesia, mengoperasikan boiler listrik berbasis energi baru terbarukan sejak akhir Mei 2019 lalu. Boiler ini diklaim nol emisi karena mendapat suplai listrik langsung dari PLTA milik perusahaan.
Sebagai informasi, boiler berperan penting dalam produksi nikel PT Vale. Uap yang dihasilkan dari boiler digunakan untuk proses atomisasi di burner rotary dryer dan reduction kiln, memanaskan sulfur yang digunakan pada proses reduction kiln serta berfungsi untuk memanaskan pipa bahan bakar.
Dengan kapasitas produksi sebesar 31 ton per jam, boiler ini mampu memproduksi uap hanya 10 menit dari kondisi warm, berbeda dengan boiler sebelumnya yang perlu menunggu waktu berjam-jam.
Dari segi biaya operasional, boiler energi baru terbarukan ini lebih ekonomis 33 kali lipat dibanding model sebelumnya. Perusahaan diklaim dapat menghemat sekitar USD 5 juta per tahun atau setara Rp71,1 miliar (asumsi Rp14.228 per USD). Sementara, proyek pembangunan alat ini menelan investasi sebesar USD 3,9 juta
Reklamasi dan rencana pascatambang
PT Vale berkomitmen melaksanakan reklamasi yang merupakan bagian dari Rencana Pascatambang (RPT) sesuai Peraturan Pemerintah No. 78 Tahun 2010 Tentang Reklamasi dan Pascatambang.
Kesungguhan PT Vale melaksanakan rehabilitasi lahan sudah dimulai sejak pembukaan lahan. PT Vale menerapkan kebijakan menjaga total luasan lahan tambang terbuka di bawah 1.450 ha. Rehabilitasi lahan pascatambang dilakukan dengan sistem penimbunan atau backfilling, menggunakan lapisan tanah pucuk dan lapisan tanah lainnya dari proses pengupasan lahan.
Tahapan rehabilitasi lahan pascatambang meliputi penataan atau pembentukan muka lahan dengan standar lereng lahan rehabilitasi, pengembalian lapisan tanah pucuk dan lapisan tanah lainnya, pengendalian erosi, pembangunan drainase, pembangunan jalan untuk proses revegetasi, penghijauan, pemeliharaan tanaman, dan pemantauan keberhasilan.
Pada tahun 2017 luasan lahan yang direhabilitasi adalah 53 ha. Dengan demikian, sampai dengan akhir tahun 2017, luasan lahan direhabilitasi telah mencapai 4.154 ha.
Untuk mendukung kegiatan rehabilitasi lahan purnatambang, PT Vale mendirikan kebun bibit modern (nursery) seluas 2,5 hektar yang telah beroperasi sejak April 2006.
Nursery memproduksi rata-rata 700.000 bibit dan merehabilitasi lebih 100 hektar lahan pascatambang per tahun.
Nursery PT Vale juga memproduksi berbagai jenis tanaman asli setempat (native species) dan tanaman endemik yang merupakan bagian dari konservasi keanekaragaman hayati. Tanaman lokal antara lain betao, bitti, nyatoh, dan manggis hutan. Sementara tanaman endemik contohnya eboni dan buah dengen. Bibit tanaman lokal diperoleh dari area tambang yang dibuka atau hasil kerja sama dengan masyarakat setempat.
Selain sebagai pendukung rehabilitasi, nursery kami juga menjadi sarana pariwisata bagi masyarak. Benih-benih tanaman lokal yang dikumpulkan pada area yang akan ditambang dibawa ke nursery untuk dikembangkan.
Sebelum kegiatan penambangan dilakukan, PT Vale memastikan tidak ada spesies fauna maupun flora dilindungi yang ditemukan di lokasi penambangan.
Dalam upaya konservasi biodiversitas, PT Vale telah memiliki rencana pascatambang dan manajemen kaenekaragaman hayati untuk 100% wilayah operasi penambangan di blok Sorowako yang merujuk pada Peraturan Menteri ESDM No 7 Tahun 2014 tentang Reklamasi dan Pascatambang.
Pengelolaan Limbah Memenuhi Standar Pemerintah
PT Vale Indonesia Tbk memastikan pengelolaan limbah cair di areal tambang miliknya telah memenuhi standar baku mutu air yang ditetapkan undang-undang.
Kegiatan penambangan PT Vale menimbulkan reaksi pembentukan limbah cair ‘effluent’ berupa Total Padatan Tersuspensi (TSS) dan Kromium valensi (Cr6+).
Pembuatan kolam sedimen, pengerukan lumpur pada kolam sedimen, pengelolaan Cr6, dan upaya reklamasi pascatambang dilakukan untuk menjaga kualitas air agar masih memenuhi baku mutu yang ditetapkan Pemerintah.
Hasil pengukuran kadar TSS dan Cr6+ di titik-titik pengukuran yang bermuara ke Danau Matano dan Danau Mahalona selalu berada jauh di bawah baku mutu yang telah ditetapkan pemerintah.
“Badan air danau terlihat jernih meskipun PT Vale telah beroperasi selama 51 tahun di Sorowako.Namun kami ingin melakukan upaya lebih,” terangnya.
Untuk meningkatkan efisiensi penurunan beban pencemaran dari TSS dan Cr6+, PT Vale membangun Lamella Gravity Settler (LGS) di Blok Sorowako dengan kapasitas 4.000 m3/jam dan biaya sebesar 3,2 juta dollar AS pada tahun 2014. Berdasarkan hasil evaluasi terhadap kinerja, terlihat bahwa teknologi ini mampu menurunkan konsentrasi limbah cair secara signifikan.
Selain LGS, PT Vale juga memiliki Pakalangkai Waste Water Treatment yang beroperasi sejak 2013 dengan investasi sebesar 1,9 juta dollar AS. Fasilitas ini terintegrasi dengan 85 kolam pengendapan limbah cair (pond).
Perusahaan juga melakukan pemantauan berkala di laboratorium independen terakreditasi untuk mengetahui kualitas air hasil pengolahan effluent. Pengukuran dilaksanakan menggunakan metode SNI 6989.59:2008 Air dan Air Limbah, serta Standard Methods for the Examination of Water and Wastewater 21th Edition (2005), 1060, Collection and Preservation.
Sepanjang tahun 2014-2018, PT Vale telah melakukan efisiensi air rata-rata 190m3/ton. Air yang didaur ulang berasal dari pencucian kendaraan ringan dan dari pembersihan area kerja proses pengolahan.
Baca juga: PT Vale siapkan 700 ribu tanaman untuk reklamasi lahan
Mendukung Pelaku UMKM Masyarakat
PT Vale Indonesia Tbk membina warga Desa Nikkel, Kecamatan Nuha, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan (Sulsel) untuk membudidayakan 130 jenis tanaman herbal.
Social Development Program (SDP) Officer PT Vale, Iskandar Ismail mengatakan, pembudidayaan tersebut sebagai alternatif pengobatan bagi masyarakat, selain harus berobat ke rumah sakit.
Iskandar juga menjelaskan bibit di toga itu awalnya dibuat pembibitan di BP3K yang dikumpul dari sebagai daerah se-Indonesia.
Untuk meyakinkan herbal tersebut benar-benar aman dan bermanfaat bagi kesehatan, pihak PT Vale meminta bantuan kepada Dinas Kesehatan untuk mengasessment, dan hasil uji coba menyatakan bahwa herbal tersebut aman bagi kesehatan.
Toga tersebut dibuka sejak tahun 2016 lalu. Dan diisi sebanyak 130 jenis tanaman herbal yang dibudidayakan seperti Bawang Dayak, Sambiloto, Pinang Buri, Pucuk Kuda, dan Nanas Kerang yang paling banyak diminati karena sebagai obat TBC.
Selain itu, toga herbal itu telah dikunjungi dari berbagai daerah baik pihak Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, PT Freeport Indonesia saat mwneliti nikel di daerah itu, Kementerian Kesehatan dan Kemendagri.
Selain mendukung masrakat Desa Nikel dalam mengembangkan tanaman herbal, PT Vale Indonesia sejak 2018 lalu telah menjalankan program Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM) dengan periode jangka panjang.
Program PPM berbasis pada kemitraan tiga pilar, Pemerintah, Perusahaan, dan masyarakat ini digarap selama lima tahunan.
Di sektor ekonomi, PPM mewadahi pembinaan pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Kabupaten Luwu Timur (Lutim) Sulawesi Selatan, dengan tujuan mendorong UKM agar menembus pasar yang lebih luas, yang pada akhirnya mewujudkan kemandirian berkelanjutan.
Sepanjang 2019-2020, para pelaku UKM diberi pelatihan bulanan dalam kelas dengan kurikulum yang terstruktur. Menyerupai semacam sekolah. Dimana kurikulum disusun berdasarkan identifikasi beragam tantangan yang dialami pelaku UKM, di wilayah pemberdayaan PT Vale.
CEO PT Vale Raih Penghargaan "Asia's top sustainability superwomen"
Deputi CEO PT Vale Indonesia Tbk (PT Vale) Indonesia, Febriany Eddy bersama 27 leaders perempuan dari 11 negara lainnya meraih penghargaan "Asia's Top Sustainability Superwoman" 2019, di Singapura, Rabu (4/9)..
Berdasarkan rilis PT Vale Indonesia yang diterima di Kendari, Kamis, menyebutkan penghargaan tahunan yang diberikan kepada para perempuan yang memimpin inisiatif keberlanjutan dengan hasil signifikan di dalam maupun di luar organisasinya. Tahun ini, mereka terpilih dari 126 kandidat yang berasal dari 20 negara di seluruh Asia.
Penghargaan tersebut diberikan oleh CEO Global Reporting Initiative’s (GRI) Tim Mohin dan Chief of Network Engagement and Regional Implementation Officer GRI Ásthildur Hjaltadóttir di Novotel Clarke Quay, Singapura, 4 September 2019 dan diterima oleh Senior Manager Communications PT Vale, Suparam Bayu Aji, mewakili Febriany Eddy.
Asia’s Top Sustainability Superwomen merupakan sebuah proyek nirlaba yang digagas oleh CSRWorks International, biro kredibel di Singapura yang bergerak di bidang konsultan keberlanjutan, pelatihan, dan kepemimpinan.
Menteri ESDM beri "Subroto Award" kepada PT Vale
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan memberikan penghargaan "Subroto Award" dengan kategori perlindungan lingkungan pertambangan kelompok kontrak karya dan izin usaha pertambangan kepada PT Vale Indonesia.
Pengahargaan tersebut diberikan oleh Menteri ESDM Ignasius Jonan kepada Deputy CEO PT Vale Febriany Eddy pada malam penghargaan yang berlangsung di Djakarta Theater, Jakarta, Jumat (27/9).
Deputy CEO PT Vale Febriany Eddy mengatakan penghargaan tersebut sebagai pendorong untuk pihaknya memiliki kinerja yang lebih baik lagi ke depannya.
"Subroto Award" adalah penghargaan tertinggi yang diberikan Kementerian ESDM kepada para pemangku kepentingan yang memiliki prestasi luar biasa dalam memajukan sektor ESDM.
Tahun ini merupakan tahun ketiga penyelenggaraan Penghargaan Subroto. Pada perhelatan "Subroto Award 2018", PT Vale juga memperoleh penghargaan untuk kategori yang sama.
Penghargaan Subroto tahun ini terdiri atas enam kategori, yaitu Efisiensi Energi, Keselamatan Ketenagalistrikan, Wartawan Energi, Keselamatan Minyak dan Gas Bumi, Keselamatan dan Kesehatan Kerja, serta Lindungan Lingkungan Panas Bumi, dan Dharma Karya ESDM.
Baca juga: Menteri ESDM beri "Subroto Award" kepada PT Vale
Baca juga: Deputi CEO PT Vale raih "Asia's top sustainability superwomen"