Jakarta (Antara News) - Kementerian Luar Negeri mengimbau para anak buah kapal (ABK) di perairan Sabah, Malaysia tidak melaut hingga kondisi kondusif, usai penculikan terhadap dua orang kapten kapal di kawasan tersebut.
"Pemerintah Indonesia telah mengimbau para ABK Warga Negara Indonesia (WNI) di Sabah untuk sementara waktu tidak melaut sampai situasi keamanan dipandang kondusif," kata Juru Bicara Kemlu Arrmanatha Nasir di Jakarta, Minggu.
Dua WNI pada hari ini sekitar pukul 11.00 waktu setempat diculik saat sedang menangkap ikan di wilayah terumbu Pengarus Perairan Kertam sekitar 13-15 mil laut dari muara Kuala Kinabatangan Negeri Sabah, Malaysia.
Keduanya adalah La Utu bin La Raali dari kapal SSK 00520F dan La Hadi bin La Adi dari kapal SN 1154/4F. Mereka berasal dari Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara.
"Keduanya adalah WNI yang bekerja secara legal di kapal penangkap ikan Malaysia, tapi belum diketahui siapa penculiknya," tambah Arrmanatha.
Menurut laporan yang diterima staf Konsulat RI di Tawau, Malaysia, Johan Mulyadi, ada satu "speedboat" berwarna abu-abu menghampiri kedua kapal tersebut dan merampok serta menculik kapten kapal. "Speedboat" itu berpenumpang 4-5 orang yang membawa senjata laras panjang.
Selanjutnya para penculik terlihat menuju wilayah Tawi-Tawi, Filipina bagian Selatan.
"KJRI Kota Kinabalu dan KRI Tawau sudah berkoordinasi di Sandakan untuk mendapatkan informasi lebih rinci mengenai kejadian tersebut. KRJI berkoordinasi dengan pihak keamanan Malaysia, pemilik kapal dan ABK yang dilepas," ungkap Arrmanatha.
Ada enam WNI yang selamat dari penculikan tersebut.
"Menteri Luar Negeri RI pagi tadi juga telah berbicara langsung dengan Menlu Malaysia untuk menyampaikan keprihatinan Indonesia mengenai kembali terjadinya penculikan dan penyanderaan di perairan Sabah Malaysia. Kami juga meminta pemerintah Malaysia untuk membantu pembebasan," tambah Arrmanatha.
Menlu Retno Marsudi menurut Arrmanatha pun telah bicara dengan penasihat perdamaian Presiden Filipina untuk berkoordinasi mengenai hal ini.
"Sejak beberapa waktu lalu pemerintah Indonesia telah menyampaikan keprihatinan kepada Pemerintah Malaysia terhadap situasi di perairan Sabah, mengingat terdapat sekitar 6.000 WNI yang bekerja di kapal ikan Malaysia di wilayah tersebut," tambah Arrmanatha.