Jakarta (Antara News) - Presiden Joko Widodo meyakini Indonesia merupakan salah satu negara yang sukses dalam melakukan program "tax amnesty".
Presiden Jokowi ketika bertemu dengan para ekonom, analis, dan perwakilan dari asosiasi pengusaha di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis, mengatakan kebijakan "tax amnesty" yang dilakukan di Indonesia merupakan salah satu kebijakan yang berhasil di dunia.
"Saya baca ditulis di sini 'tax amnesty' bergerak cepat dan aset deklarasinya sudah Rp1.029 triliun dan ini merupakan satu dari sukses 'tax amnesty' yang ada di dunia. Ini saya baca di judulnya, saya sudah senang. Dan ini merupakan strategi Indonesia yang menurut mereka sangat baik," kata Presiden mengutip kajian yang dilakukan Citibank.
Presiden menyampaikan rasa optimisnya dengan kebijakan "tax amnesty" serta menggarisbawahi tumbuhnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah merupakan hal yang lebih penting dibandingkan angka-angka yang dicapai.
"Saya sampai saat ini masih optimis dengan program ini, saya bukan berbicara angka, saya memang tidak pernah bicara angka, yang paling penting adalah 'trust' dari masyarakat terhadap pemerintah kelihatan ada. Kemudian kepatuhan dan kesadaran mereka membayar pajak ini sekarang saya lihat ada pergerakan yang sangat baik dan sampai hari ini paling tidak tebusan kita sudah mencapai 33 (triliun rupiah) lebih dan sudah lebih dari 90 ribu orang yang ikut 'tax amnesty'," ucapnya.
Presiden Joko Widodo pada kesempatan itu juga mengatakan masih ada peluang yang dapat diraih untuk menjaga pertumbuhan ekonomi Indonesia, meski beberapa lembaga internasional seperti IMF, Bank Dunia, dan OECD memprediksi perlambatan ekonomi masih terjadi.
Presiden Jokowi yang baru saja kembali dari pertemuan G20 di Hangzhou, China, beberapa pekan yang lalu mengatakan bahwa dari sejumlah kepala negara yang hadir, Perdana Menteri India Narendra Modi yang paling optimistis dengan pertumbuhan ekonomi negaranya.
"Pertemuan G20 kemarin yang saya lihat paling optimis Narendra Modi, masih optimis dan (pertumbuhan) akan naik lagi. Saya ingin mengambil poinnya, maksud saya kalau India itu berani optimis kenapa kita juga tidak (optimis). Tetapi tetap dengan pembenahan-pembenahan di dalam yang kita harus lakukan. Kalau kita tidak melakukan itu saya pastikan kita akan ditinggal," ujar Presiden.
Oleh karena itu meski saat ini perekonomian nasional sangat terdampak oleh perkembangan ekonomi dunia dimana harga komoditas yang masih belum membaik dan juga ketidakpastian kebijakan keuangan yang belum jelas arahnya ke mana, Presiden tetap optimistis masih ada peluang yang diraih untuk menjaga pertumbuhan ekonomi.
"Memang kalau ketergantungan kita pada APBN untuk mestimulasi pertumbuhan iya, tapi kalau saya ingin investasi (besar-besaran) harus masuk," ucapnya.
Dalam perjalanannya ke beberapa negara, Presiden merasakan kurangnya arus modal yang masuk dikarenakan masih ada masalah dan kendala dalam berinvestasi di dalam negeri. "Meskipun kita sudah berusaha untuk menyelesaikan itu," ujar Presiden.