Kendari (Antara News) - Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Tenggara (Sultra) merilis bahwa indeks nilai tukar petani (NTP) pada Februari 2016 tercatat sebesar 99,87, menurun 0,21 persen dibanding bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 100,08.
Kepala BPS Sultra Atqo Mardianto, Rabu mengatakan, NTP Sultra mengalami penurunan disebabkan tiga subsektor yang membangun NTP tersebut juga mengalami penurunan.
Ia mengatakan, ketiga subsektor yang juga berpengaruh, seperti subsektor holtikultura turun sebesar 1,58 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 0,46 persen dan subsektor peternakan sebesar 0,15 persen.
"Harga yang dibayarkan petani di Sultra masih lebih besar dibandingkan dengan harga yang diterima," kata Atqo.
Dikatakan, NTP merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan atau daya beli petani, maksudnya adalah, semakin tinggi NTP maka semakin kuat pula tingkat kemampuan atau daya beli petani.
Data BPS menyebutkan bahwa dari sebanyak 33 provinsi yang dilakukan perhitungan NTP, sebanyak 20 provinsi termasuk Sultra mengalami penurunan sementara 13 lainnya mengalami kenaikan.
Penurunan terbesar terjadi di Provinsi Jawa Tengah sebesar 0,97 persen, sementara untuk kenaikan tertinggi terjadi di Provinsi Riau sebesar 1,21 persen.
Sedangkan penurunan terbesar NTP di Jawa Tengah disebabkan penurunan pada subsektor perikanan khususnya komoditi ikan lele yang mengalami penurunan sebesar 1,72 persen.
Sedangkan kenaikan NTP di Provinsi Riau dikarenakan kenaikan yang cukup tinggi pada subsektor tanaman perkebunan rakyat khususnya komoditi kelapa sawit yang mencapai 8,28 persen.