Jakarta (Antara News) - Presiden Joko Widodo menerima Duta Besar Swedia Johanna Brismer Skoog bersama delegasi produsen pakaian asal Benua Eropa ini, H&M, di Istana Merdeka Jakarta, Rabu.
"Saya mendampingi Dubes Swedia dan juga perwakilan dari H&M, perwakilan perusahaan fashion terbesar di dunia Mrs Helena Helmersson (Global Head of Production) untuk bertemu Pak Presiden," kata Menteri Perdagangan Thomas Lembong saat konferensi pers di Kantor Presiden Jakarta.
Dia juga mengungkapkan, selain dengan delegasi H&M, pertemuan ini juga dihadiri beberapa pelaku industri tekstil dan garmen serta desainer muda asal Indonesia yang merupakan prakarsa dari Kantor Staf Kepresidenan.
"Ini prakarsa dari KSP, karena ini industri besar dan sumbangannya terhadap ekspor cukup luar biasa. ekspor 13 miliar dolar AS dan menyerap tenaga kerja 2,7 juta orang," kata Lembong.
Mendag juga mengungkapkan bahwa keberadaan H&M di Indonesia sejak 1996 dan 98 persen dari pengadaan H&M di Indoensia tujuannya untuk ekspor.
"Kami dari Kemendag dan KSP menganggap industri fashion adalah industri masa depan kita karena cocok dengan budaya kreatif dan banyak kalangan muda memnfaatkan keunggulan kita, yakni seni kerajinan," jelas Lembong.
Mendag menjelaskan pertemuan tersebut berjalan kondusif dan produktif, baik pemerintah Swedia maupun pihak H&M yang menyampaikan beberpa masukan agar sektor fashion Indonesia lebih maju lagi.
Lembong mengatakan pertemuan tersebut terkait Daftar Negatif Investasi, yang salah satunya membuka lebar sektor retail fashion yang bertujuan untuk membuka lebar investasi asing.
"Selain ekspansi, diharapkan (industri tekstil Indonesia) naik kelas. Bukan hanya membuka pabrik garmen, tetapi juga masuk ke desain tekstil khusus," harap Lembong.
Mendag berharap pertemuan tersebut bisa membangun ekosistem dan suasana industri yang semakin inovatif dan naik kelas, yakni desain yang berasal dari Indonesia.