Kendari (Antara News) - Ketua Kehormatan Ikatan Ahli Boga Pusat Dewi Motik Pramono mengatakan masakan khas di Sulawesi Tenggara memiliki popularitas yang tidak dimiliki daerah lain di Indonesia.
"Setelah kami mencicipi beberapa makanan yang disajikan di sejumlah rumah makan di Kota Kendari, ternyata makanan yang disajikan ala tradisional seperti sinonggi (makanan olahan sagu), rasanya jauh lebih beda dengan sagu yang pernah saya makan di Papua dan Maluku," katanya di Kendari, Senin.
Kehadiran Dewi Motik Pramono di Kendari dalam rangka menghadiri pengukuhan pengurus DPD IKABoga Sultra dan sekaligu sebagai nara sumber seminar sehari yang bertemakan "Motivasi Usaha Jasa Usaha Makanan" yang diikuti sekutar 150 peserta dari kelompok jasa makanan dan kuliner Kota Kendari.
"Masyarakat Kota Kendari dan Sultra pada umumnya harus bangga dengan berbagai macam makanan khas daerah seperti sinonggi, kasuami (ubi kayu), kambose (jagung) dan Kabuto (ubi kayu kering)," ujarnya.
Dari hasil ikan laut, kata Dewi, juga tak kalah hebatnya, karena ikan-ikan bakar yang dijual di sejumlah rumah makan rasa dan aromanya jauh lebih nikmat dibanding yang pernah dirasakan di tempat lain.
"Terus terang ikan-ikan segar di Kendari, matinya baru sekali, tetapi ikan-ikan di Jakarta matinya sudah 7-8 kali bahkan mungkin lebih," ujar Dewi kepada sejumlah awak media sebelum tampil sebagai nara sumber pada seminar sehari itu.
Satu hal yang harus dijaga dan diperhatikan bagi setiap pengusaha yang bergerak pada usaha rumah makan dan jasa kuliner makanan lainnya adalah kualitas dan kebersihan.
Bila kedua syarat itu terpenuhi maka konsumen pasti akan selalu datang dan makan di rumah makan itu.
"Jadi bukan hanya masakan dari Pulau Jawa dan Sumatera saja yang memiliki popularitas di daerah lain. Tetapi masakan khas Sulawesi Tenggara juga mempunyai popularitas dan istimewa karena bumbu dan rempah-rempah diambil dari alam," ujarnya.