Kendari (Antara News) - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yambise mengagumi cara Pemerintah Kota kendari, Sulawesi Tenggara, mengelola sampah menjadi gas metan.
"Terus terang saya apresiasi terobosan dan inovasi Pemkot Kendari yang sudah berhasil membuat sesuatu yang tidak berharga menjadi bermanfaat bagi warga," kata Yohana saat mengunjungi kawasan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah Puuwatu Kota Kendari, Kamis.
Yohana berkunjung ke tempat itu, ingin melihat langsung inovasi yang dilakukan pemerintah Kota Kendari yang mengembangkan sampah menjadi gas metan untuk pengganti bahan bakar minyak, seperti yang lazim diberitakan media selama ini.
Menteri PPPA didampingi Wali Kota Kendari, Asrun, Kadis Kebersihan Kendari, Tin Farida, dan sejumlah pimpinan SKPD lingkup Kendari, melihat langsung proses penangkapan gas metan yang dihasilkan dari pembusukan sampah.
Yohana juga melihat langsung proses pemanfaatan gas metan yang disalurkan langsung kepada warga untuk kebeutuhan memasak dan pemanfaatan gas metan sebagai sumber bahan bakar mesin untuk kebutuhan penerangan warga sekitar.
Asrun menjelaskan, untuk menghasilkan gas metan dari sampah, pemerintah hanya menggunakan anggaran sekitar Rp200 juta.
"Kelebihan kami karena bisa menghasilkan gas metan dengan anggaran minim. Tetapi hasilnya maksimal bisa dimanfaatkan oleh warga sekitar. Berbeda dengan daerah lain di Indonesia yang sudah menghabiskan dana sampai miliar untuk mengubah sampah menjadi gas metan tetapi belum ada hasilnya," katanya.
Menurut Asrun, gas metan ini juga bisa untuk bahan bakar mobil dan sudah diujicoba, yang menjadi kendala karena belum ada wadah untuk menampung gas metan dalam skala besar agar bisa digunakan perjalanan jauh kendaraan.
"Tempat ini tidak mengesankan seperti tempat pembuangan sampah, tetapi seperti tempat wisata," kata Yohana saat berada di puncak TPA Puuwatu sambil menikmati penganan pangan lokal yang disajikan.
Bahkan Yohana juga ikut mencoba menggoreng pisang dipuncak itu menggunakan kompor berbahan bakar gas metan, hasil gorengan menteri tersebut ramai-ramai diperebutkan oleh hadirin.
"Gorengan ini mahal harganya karena digoreng oleh seorang menteri," kata Asrun, berkelakar kemudian ikut menikmati hasil gorengan tersebut.