Beijing (Antara News) - Konsulat Jenderal RI di Hong Kong membuka layanan "hotline" bagi Warga Negara Indonesia jika mengalami kesulitan, terkait aksi unjuk rasa besar-besaran oleh kelompok prodemokrasi di wilayah tersebut.
"Kami sediakan layanan 'hotline', untuk memudahkan siapapun warga negara Indonesia yang mengalami kesulitan dengan adanya demonstrasi tersebut," kata Kepala Fungsi Penerangan KJRI Hong Kong, Sam Aryadi kepada Antara di Beijing, Rabu.
Sam Ariyadi mengatakan pihaknya terus melakukan pemantauan terhadap setiap perkembangan yang terjadi terkait aksi unjuk rasa tersebut. "Jika ada kesulitan yang dihadapi oleh siapa pun warga negara Indonesia di Hong Kong, dapat menghubungi +852 36510200," katanya.
Sebelumnya KJRI Hong Kong telah menyampaikan imbauan agar WNI di Hong Kong sedapat mungkin menghindari titik-titik yang menjadi aksi para demostran, demi keselamatan yang bersangkutan. Jumlah Warga Negara Indonesia yang berdomisili di Hong Kong tercatat 170 ribu orang.
Aksi unjuk rasa oleh puluhan ribu pemuda, pelajar dan mahasiswa itu, berlangsung aman meski sempat terjadi bentrokan dengan aparat kepolisian setempat, namun tidak ada aksi anarkis.
Sumber Antara di Hong Kong mengatakan para pemuda, pelajar dan mahasiswa dan relawan saling bahu-membahu dalam dukungan logistik, serta pembersihan sampah makanan dan minuman yang berserakan.
"Bahkan, koordinator demo juga membuat 'humantarian assistence'," kata dia, yang tidak ingin disebut identitasnya.
Akibat aksi unjuk rasa itu kegiatan masyarakat pun terganggu, 157 sekolah terpaksa menghentikan kegiatan belajar mengajarnya pada Selasa (30/9), 37 kantor cabang sejumlah bank terpaksa menghentikan operasionalnya, sehingga layanan anjungan tunai mandiri pun terganggu, demikian informasi kantor layanan publik Hong Kong menyebutkan.
Tak hanya puluhan ribu pengunjuk rasa yang memblokir jalanan kota metropolis itu juga menghambat arus kendaraan pemadam kebakaran dan ambulans.
"Aksi ini sudah mengganggu aktivitas kota, dan sudah di luar kendali," kata Kepala Eksekutif Hong Kong Leung Chun-ying.
Asisten Komisioner Kepolisian Hong Kong Cheung Tak-keung mengatakan pihaknya telah memberikan toleransi kepada para demonstran untuk mundur dan menghentikan aksinya.
"Tetapi menolak, sehingga kami harus menggunakan kekuatan dengan semprotan gas air mata," katanya.