Makassar (ANTARA Sulsel) - Solidaritas Lembaga Jurnalis Indonesia
Makassar akan melaporkan Kapolda Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat
Irjen Pol Mudji Waluyo kepada Presiden dan Kapolri terkait sikapnya yang
apatis terhadap penanganan geng motor.
"Kami akan melaporkan Kapolda Sulselbar Irjen Pol Mudji Waluyo
kepada Presiden dan Kapolri atas ketidakseriusannya dalam menangani
kasus geng motor yang sudah banyak meresahkan masyarakat serta melukai
korban jiwa," ujar Presidium Solidaritas Lembaga Jurnalis Indonesia
Makassar Nurdin Amir di Makassar, Senin.
Ia mengatakan kasus penyerangan yang berujung pada penikaman
kontributor Trans TV Ardiansyah alias Endi serta wartawan televisi lokal
Fajar TV Harun menjadi antiklimaks dari keresahan masyarakat dan
wartawan karena korban-korbannya sudah meliputi semua kalangan.
Korban penyerangan dan penganiayaan yang dilakukan kumpulan remaja
ini bukan hanya warga sipil dan wartawan tetapi sejumlah aparat
keamanan, baik kepolisian maupun TNI juga turut serta menjadi korbannya.
Meskipun terjadi rentetan peristiwa serta penyerangan itu, pihak
kepolisian belum juga memperlihatkan keseriusannya untuk menuntaskan
perkara pidana yang dilakukan oleh para geng motor.
"Kami sering mendapat dukungan dari para anggota kepolisian dan TNI
yang berpangkat prajurit untuk mengusut dan menangkap para pelaku
penyerangan oleh geng motor itu. Tapi sayang, semangat anak buah itu
tidak didukung oleh pimpinannya," katanya.
Sebelumnya, Kapolrestabes Makassar Kombes Pol Wisnu Sanjaja
menyatakan bahwa pihaknya siap melakukan penyelidikan dan mengusut
tuntas penyerangan terhadap dua wartawan di Makassar oleh geng motor
itu.
Salah satu bentuk keseriusannya dengan menyiagakan dan memantau
aktivitas seluruh geng motor oleh jajaran Polsek. Selain itu, beberapa
anggota geng motor yang terkenal sadis yakni Mappakoe juga sudah
diamankan aparat kepolisian.
Bahkan bos dari geng motor Mappakoe Nur Ansyari (17) alias Ari
Katombo juga terlibat dalam penyerangan sejumlah rumah ibadah (gereja)
dan anjungan tunai mandiri (ATM) dengan menggunakan bom molotov.
"Dari catatan kejahatan yang dilakukan remaja ini sangat
mencengangkan karena bukan cuma melakukan penyerangan terhadap orang
tetapi juga merusak dan melempari rumah ibadah serta mesin ATM dengan
menggunakan bom molotov," kata Wisnu Sanjaja.
Dia mengaku aksi penyimpangan yang dilakukan oleh kumpulan anak di
bawah umur ini bukan saja menjadi tanggung jawab kepolisian tetapi semua
pihak, seperti Pemerintah Kota Makassar, tokoh agama, tokoh masyarakat
serta orang tua anak-anak itu sendiri.
Editor : I Sulistyo