Rumbia (ANTARA News) - Angin puting beliung disertai hujan deras meluluhlantakkan gedung Sekolah Menengah Atas Swasta (SMA) Watuburi, Kecamatan Kabaena Tengah, Kabupaten Bombana.
Salah seorang warga Desa Lengora, Malik Akbar (25), di Kabaena Tengah, Jumat, mengungkapkan peristiwa itu terjadi Kamis (22/3), sekitar pukul 16.30 wita, saat hujan turun disertai angin kencang yang berlangsung selama sekitar 30 menit.
Ketika itu, lanjut Malik, warga Desa Lengora dan Lengora Selatan, sedang mengikuti rapat terkait pembangunan di wilayah itu dengan salah seorang anggota DPRD Bombana, Sahrun Gaus yang menjalani masa istrahat sidang (reses) selama sepekan.
"Tiba-tiba terdengar bunyi keras dari sebelah tempat rapat di aula Kantor Kecamatan Kabaena Tengah, dan setelah ditengok ternyata gedung SMA Swasta Watuburi yang roboh," tutur Malik.
Tidak ada korban jiwa yang dilaporkan dalam kejadian itu, namun kerugian materi diperkirakan mencapai puluhan juta rupiah.
Menurut Malik, gedung darurat itu roboh bukan karena konstruksinya yang tidak kokoh, melainkan posisinya yang dibangun di padang tanpa terhalang pohon pelindung.
Sementara itu, Kepala SMA Watuburi Saharuddin Dasi, membenarkan musibah itu melanda sekolahnya.
"Kejadian itu murni karena bencana alam," katanya.
Atas kejadian itu, lanjut Saharuddin, pihaknya mengalami kerugian hingga Rp60 juta dengan rincian kerusakan gedung darurat, bangku dan kursi murid yang tertindih rangka bangunan serta peralatan sekolah lainnya.
"Gedung itu memiliki tiga ruang kelas belajar dan peralatan sekolah, semuanya dibangun dan dilengkapi secara swadaya oleh masyarakat setempat, karena menginginkan anak mereka mengenyam pendidikan meskipun sekolah itu masih berstatus swasta," imbuhnya.
Karena keinginan dan tekad masyarakat yang lebih besar untuk menyukseskan program pemerintah, lanjut Saharuddin, sehingga gedung itu dirampungkan pembangunannya pada Desember 2011.
Gedung itu telah luluh lantak, namun semua siswa yang mencapai 100 lebih itu masih bisa mengikuti proses belajar-mengajar dengan baik, sebab pihaknya meminjam gedung SMPN 2 Kabaena Tengah di Lengora.
"Kalau tidak seperti itu, maka ancaman terbesar adalah siswa kami tidak dapat mengikuti ujian akhir nasional," katanya. (Ant).