Kendari (ANTARA) - Balai Pelayanan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP3MI) Sulawesi Tenggara (Sultra) memberikan pelatihan kepada calon pekerja migran asal Bumi Anoa, agar siap untuk bekerja di luar negeri.
Kepala BP3MI Sultra La Ode Askar saat ditemui di Kendari, Senin, menyampaikan bahwa pelatihan tersebut untuk menyiapkan keterampilan dan kompetensi calon pekerja migran di Sultra.
Ia menyebut pelatihan tersebut salah satunya meningkatkan kapasitas calon pekerja migran agar menguasai bahasa asing.
"Kami menyiapkan pelatihan bahasa Inggris untuk 20 calon pekerja migran di Sultra untuk penempatan di negara-negara Timur Tengah dan Amerika Serikat," kata Askar.
Selain penguasaan bahasa asing, BP3MI Sultra juga memberikan pelatihan caregiver atau program pendidikan untuk pekerja dengan kompetensi di bidang kesehatan. Pelatihan caregiver ini untuk pekerja migran asal Sultra yang ditempatkan di Jepang.
"Kemudian ada pelatihan hospitality yang diproyeksikan melalui perusahaan perekrut Pekerja Migran Indonesia," ujar Askar.
Ia menyampaikan bahwa pemerintah daerah saat ini juga memberikan dukungan kepada BP3MI dalam menyediakan calon tenaga kerja yang terampil dan kompeten.
Hal tersebut terbukti dari dua pelatihan yang dilakukan Pemprov Sultra untuk calon pekerja migran selama 2025 dan sosialisasi untuk warga yang mendaftar bekerja di luar negeri melalui tahapan di BP3MI.
"Apalagi pada kepimpinan Gubernur Andi Sumangerukka dan Wakil Gubernur Hugua, sinergi kami dengan pemda sudah baik, termasuk pelatihan-pelatihan karena anggarannya dari BP3MI yang diselenggarakan pemda," katanya.
Askar menuturkan cara tersebut sebagai upaya pemerintah guna menciptakan lapangan kerja dan mengurangi angka pengangguran di Sultra.
Apalagi, kata dia, pada 2026 Presiden Prabowo Subianto sudah menyiapkan 500 ribu calon pekerja migran Indonesia dikirim bekerja di luar negeri, sebanyak 300 ribu di antaranya lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK).
"Kami di Sultra harus menyambut ini dengan mempersiapkan calon pekerja ke luar negeri yang punya keterampilan dan kompetensi," ucap Askar.
Menurut dia, jumlah pekerja migran asal Sultra yang lolos bekerja di luar negeri melalui tahapan di BP3MI masih minim karena kurang menguasai bahasa asing. Padahal, angka pendaftar calon pekerja migran setiap tahun terus bertambah dari lulusan SMK maupun perguruan tinggi.
"Rata-rata setiap tahun ketika dibuka pendaftaran yang daftar di Sulawesi Tenggara 2-3 orang tidak sampai 10. Alhamdulillah, selalu ada yang lulus," ujarnya.
Askar menambahkan, dari data Sistem Komputerisasi Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (SISKOP2MI) tenaga kerja asal Sultra yang bekerja di luar negeri total berjumlah sekitar 600 orang hingga 2025.

