Kendari (ANTARA) - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Tenggara (Sultra) mengembangkan potensi desa wisata yang berbasis keaslian budaya hingga konsep petualangan di alam untuk meningkatkan kunjungan wisatawan di Bumi Anoa.
Sekretaris Daerah Provinsi Sultra Asrun Lio saat ditemui di Kendari, Kamis, mengatakan bahwa pengembangan potensi desa wisata dengan konsep keaslian budaya dan petualangan alam karena pariwisata bukan hanya destinasi.
Menurutnya, pengembangan desa wisata juga memerlukan pendekatan menyeluruh dari segi sosial, budaya lingkungan dan ekonomi.
"Sehingga pengembangan desa wisata ini bukan hanya berdampak di sektor pariwisata saja, tetapi juga ada sektor lain seperti ekonomi dan kesejahteraan karena menyangkut lapangan kerja baru," kata Asrun Lio.
Asrun menyampaikan saat ini ada 325 potensi desa wisata yang tersebar di beberapa daerah di Sulawesi Tenggara. Desa wisata itu banyak memiliki kriteria masing-masing mulai dari kebudayaan, lingkungan, wisata alam, hingga pertanian.
Ia mengungkapkan dengan potensi desa wisata tersebut bisa meningkatkan kunjungan wisatawan lokal dan mancanegara ke Sultra.
"Beberapa desa wisata kita bahkan sudah masuk dalam nominasi dan mendapat penghargaan melalui Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) setiap tahun," ujarnya.
Asrun menjelaskan pemerintah provinsi melalui dinas pariwisata akan terus mengembangkan potensi desa wisata sehingga semakin banyak desa yang masuk nominasi setiap tahunnya.
Karena beberapa desa wisata yang sudah masuk nominasi ADWI 2021, seperti Liya Togo di Wakatobi, 2022 ada Desa Sumbersari, dan Limbo Wolio. 2023 ada Desa Sani-sani dan 2024 Desa Labengki.
Termasuk pengembangan desa wisata berbasis kebudayaan dan petualangan alam untuk menarik wisatawan. Selain itu, Pemprov juga akan memberikan dukungan dari segi regulasi, lembaga pengelola wisata hingga pemandu yang bersertifikat.
"Karena semakin banyak pengunjung yang datang di desa wisata, maka ekonomi kita semakin meningkat," jelasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Sultra Belli Harli Tombili menambahkan desa wisata di Sulawesi Tenggara memang banyak yang memiliki destinasi wisata alam dikarenakan tersebar di kepulauan.
Menurutnya,, hal tersebut juga menjadi nilai jual tersendiri dibanding desa wisata di Pulau Jawa yang berbasis kuliner, pendidikan, dan kebudayaan.
"Sehingga ini lah yang kami jaga akar eksistensi desa wisata itu tetap terjaga apalagi yang wisata alam di kepulauan," ungkap Beli.
Ia menyampaikan untuk 2025 Dispar masih mempersiapkan beberapa desa yang berpotensi masuk desa wisata seperti Timbala di Bombana, Desa Sani-sani Kolaka dengan destinasi petualangan dan Desa Wasuemba di Buton.
"Tujuannya nanti kalau semakin banyak desa wisata yang masuk nominasi maka semakin banyak pengunjung yang datang di Sultra," tambahnya.