Istanbul (ANTARA) - Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov, Kamis (5/12), menuduh Pemerintahan AS saat ini mencoba untuk mengacaukan Eurasia.
Pada pertemuan Dewan Menteri ke-31 Organisasi untuk Keamanan dan Kerja Sama di Eropa (OSCE) di ibu kota Malta, Valletta, Lavrov berpendapat bahwa langkah-langkah yang diambil Washington berasal dari pemindahan infrastruktur NATO oleh pemerintahan Biden ke kawasan Asia-Pasifik.
Dia mengatakan "blok militer" sedang dibentuk di kawasan tersebut dan NATO telah meningkatkan partisipasinya dalam latihan militer di Laut China Selatan, Selat Taiwan dan Semenanjung Korea.
"Ini adalah upaya yang jelas untuk mengacaukan seluruh benua Eurasia," kata Lavrov.
"Kita tidak dapat membiarkan terulangnya tragedi banyak negara di berbagai kawasan dari Afganistan hingga Haiti, ketika Paman Sam (AS) datang, membuat kekacauan, dan kemudian menyaksikan apa yang terjadi, memaksa negara lain untuk membersihkan diri mereka sendiri," tambahnya.
Lavrov mengkritik OSCE karena "mempertahankan keheningan yang mematikan" mengenai tindakan pemerintah Ukraina, dengan alasan bahwa "tidak ada ruang untuk kerja sama atau keamanan" dalam organisasi tersebut.
Dia mengklaim bahwa AS dan sekutunya telah mengabaikan perjanjian tentang pengendalian senjata untuk mengembalikan NATO ke garis depan politik, dan bahwa Perang Dingin telah "bereinkarnasi," tetapi berisiko bertransisi menjadi konflik "panas".
Lavrov juga mengecam pembatalan visa juru bicara Kementerian Luar Negeri Maria Zakharova untuk menghadiri pertemuan puncak tersebut, yang pertama kali diumumkan dalam sebuah pernyataan oleh kementerian yang diterbitkan pada Rabu (4/12).
Seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri Malta mengatakan kepada Times of Malta pada Rabu malam bahwa visa Zakharova ditarik setelah adanya keberatan dari tiga negara anggota Uni Eropa (EU).
Lavrov tiba di Valletta semalam, menandai kunjungan pertamanya ke negara EU sejak dimulainya perang Rusia-Ukraina lebih dari seribu hari yang lalu.
Partisipasi menteri luar negeri tersebut pada pertemuan disambut dengan protes, dengan banyak delegasi meninggalkan ruangan selama pidatonya, termasuk Ukraina.
Sumber: Anadolu