Kendari (ANTARA) - Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Sulawesi Tenggara memfasilitasi para petani di Kabupaten Kolaka Utara untuk menjual lima komoditas mereka senilai Rp5,4 miliar di tingkat nasional.
Pelaksana tugas (Plt) Kepala Disperindag Provinsi Sultra La Ode Fitrah Arsyad di Kendari, Selasa, mengatakan bahwa fasilitasi tersebut dilakukan bersama dengan Kementerian Perdagangan RI melalui Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti), pelaku usaha lokal dan para pembeli.
"Fasilitasi ini dilakukan dalam kegiatan pasar lelang komoditas yang dilakukan pada tahapan pertama. Tujuannya untuk mempertemukan antara petani dan buyer di tingkat nasional dengan tujuan ekspor," kata Fitrah Arsyad.
Dia menyebutkan bahwa pasar lelang tersebut memudahkan para petani memasarkan komoditas hasil pertanian mereka sebab banyak dari mereka yang tidak mengetahui pasar sasaran.
Lanjutnya, pasar lelang ini memudahkan para petani memasarkan komoditas hasil pertaniannya, sebab banyak dari mereka yang tidak mengetahui pasar sasaran.
"Komoditas yang dipasarkan dalam pasar lelang tersebut oleh para petani lokal, yakni cengkih, gula merah, gula kelapa, kakao dan nilam, dengan total transaksi Rp5,4 miliar," ujarnya.
Fitrah Arsyad mengungkapkan bahwa kegiatan ini telah rutin dilaksanakan tiap tahunnya, pada 2023 telah dilakukan di Kabupaten Bombana, Kolaka Timur (Koltim), dan Kota Baubau dengan nilai jual sebesar Rp7 miliar.
"Kami berharap nilai jual tahun ini bisa melebihi tahun lalu. Kami targetkan seluruh nilai jual bisa mencapai rata-rata Rp8 miliar dengan sasaran wilayah Kolaka Utara, Konawe dan Muna," jelasnya.
Dia menjelaskan bahwa pada tahap kedua pihaknya akan melaksanakan di Kabupaten Konawe dengan komoditas yang tersedia, yakni beras, beras merah dan olahan pangan.
"Nilai di tahun-tahun sebelumnya Rp3 miliar," jelasnya.
Fitrah Arsyad juga mengungkapkan bahwa untuk tahap akhir akan dilaksanakan di Kabupaten Muna dengan komoditas kacang mete, tenun dan nentu, dengan nilai pada tahun sebelumnya dengan nilai mencapai sekitar Rp400 juta.
Nilai jual rendah tersebut kemungkinan karena kurangnya evaluasi dan promosi, dan para petani kurang memahami konsep pemasarannya.
"Para petani ini kurang memahami, padahal dalam pasar lelang ini mereka harus mampu mengakomodir kuantitas yang diminta pembeli, agar dilanjutkan ke tingkat lelang. Karena terkadang penjual siap namun ternyata petani kita ini yang tidak siap memenuhi permintaan pasar," ucap Fitrah Arsyad.
Dia menambahkan bahwa pihaknya juga memastikan untuk harga yang diperoleh para petani tersebut tentunya akan menguntungkan mereka karena tidak ada pihak kedua dalam transaksi tersebut.
"Kami berharap melalui pasar lelang ini para petani kita bisa memiliki daya saing sehingga mampu bersaing dalam pasar nasional," tambahnya.