Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan (PPK), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) memberikan edukasi kepada para siswa sekolah dasar (SD) serta sekolah menengah pertama (SMP) tentang jalur rempah dan Wakatobi sebagai cagar biosfer dunia.
Sekretaris Daerah Wakatobi Nadar saat ditemui di Wakatobi, Kamis, mengatakan bahwa pihaknya sangat bersyukur atas penyelenggaraan kegiatan Kemendikbudristek pada momen pelaksanaan konferensi internasional Perhimpunan Cagar Biosfer Asia Tenggara atau Southeast Asian Biosphere Reserves Network (SeaBRnet) ke-15 di Wakatobi, untuk memberi edukasi para siswa dengan mengenalkan kembali sejarah tentang jalur rempah di Wakatobi, Sulawesi Tenggara.
"Kegiatan ini terintegrasi terkait pameran jalur rempah dan juga pertunjukan seni budaya yang menghadirkan adik-adik kita dari sekolah dasar dan SMP," kata Nadar.
Ia menyebut bahwa kegiatan tersebut juga merupakan bagian upaya pemerintah untuk mengenalkan kepada generasi penerus tentang kebudayaan maritim yang dimiliki oleh Indonesia, khususnya Wakatobi. Berdasarkan hal itu, Indonesia tentunya memiliki masa kejayaan maritim di masa lalu, dan Wakatobi turut serta di dalamnya.
"Khususnya melalui diplomasi jalur rempah ini, dimana kita masih melihat jejak-jejaknya sampai hari ini, peranan juga Wakatobi dalam konteks jalur rempah dan juga bagian dari skenario Indonesia sebagai negara maritim ini," ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa di masa lalu, Wakatobi juga merupakan daerah penghasil rempah, terutama cengkeh dan pala. Selain itu, masyarakat Wakatobi juga memiliki ketangguhan dalam hal mengarungi lautan, Wakatobi juga memiliki suatu budaya perahu yang sampai hari ini masih dilestarikan.
"Jadi, Wakatobi ini adalah masyarakat yang punya peranan, juga menjadi pelaku perdagangan antar-pulau dan bahkan antar-negara. Dan itu hari ini dipamerkan semua kepada para anak-anak kita," jelasnya.
Sementara itu, Sejarawan sekaligus Kurator Pameran Kemendikbudristek Erwien Kusuma menyampaikan bahwa dalam kesempatan itu, pihaknya tidak hanya memamerkan tentang jalur rempah Indonesia, melainkan juga kaitan rempah dengan sejarah dan budaya Wakatobi, serta Bajau.
"Dalam pameran ini juga ada manuskrip yang menunjukkan bahwa rempah itu sudah beredar diperdagangkan jauh sebelum masa kolonialisme berlangsung di Indonesia," ungkap Erwien.
Ia juga menjelaskan bahwa dalam pameran tersebut juga menghimpun semua memori tentang upaya masyarakat Wakatobi dalam merawat cagar biosfer dunia.
Kemudian juga, Kemendikbudristek juga berupaya menghidupkan bahasa dengan mengangkat tema "Polaosi", yang berarti dalam Wakatobi, yaitu harmoni dan kedekatan antara manusia dan manusia-manusia dan alam.
"Itu kata yang jarang lagi digunakan, hari ini kita angkat lagi," tambahnya.
Diketahui, dalam pameran itu, Kemendikbudristek mengajak sebanyak 250 orang siswa SD dan SMP di Wakatobi untuk mengikuti kegiatan pengenalan sejarah Wakatobi.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Kemendikbudristek edukasi siswa SMP tentang jalur rempah di Wakatobi