Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Dr. (H.C) dr. Hasto Wardoyo, Sp.O.G (K) menekankan pentingnya perencanaan dan pemeriksaan kehamilan. Sebab, perencanaan kehamilan dan pemeriksaan rutin dapat mencegah stunting dan menghindari bayi lahir dengan bibir sumbing.
“Ibu-ibu muda yang hamil, sering tidak tahu jika dirinya hamil. Sampai pada saat jika terasa perutnya sakit, ibu-ibu itu pasti meminum obat-obatan seperti tetracycline ataupun antasida. Ibu muda ini tidak tahu kandungan berbahaya yang ada di dalamnya, dan itu membuat bahaya pada bayi. Makanya pelajaran kalau mau mencegah tidak cacat ya sejak sebelum menikah sejak sebelum hamil maksud saya hamil 1 bulan telat seminggu harus juga mendapat pengawalan ada ibu hamil mual-mual tapi enggak tahu kalau hamil, minum antasida, akhirnya apa, karena antasida itu membuat bibir sumbing, lahirnya bibirnya sumbing, karena tidak tau dia hamil,” kata Hasto Wardoyo pada Kegiatan Konsolidasi Program Bangga Kencana dan Konvergensi Percepatan Penurunan Stunting di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, Senin (05/06).
Menurut Hasto, perencanaan kehamilan harus dilakukan oleh pasangan suami-istri untuk menghindari bayi lahir stunting dan juga kecacatan.
“Perempuan muda itu kalau kontrol ke dokter sering sudah telat dua atau tiga bulan baru datang. Malah ada yang datang ke saya, ini kapan menstruasi yang terakhir? Jawabnya, saya lupa terserah dokter aja lah. Lho yang menstruasi dia kok saya yang diminta untuk menentukan. Kalau dua atau tiga bulan itu sudah besar (janin) sekali. Sudah 12 minggu,” jelas Hasto yang juga dokter spesialis obgyn ini.
Perencanaan dan pemeriksaan kehamilan menurut Hasto, juga dapat meningkatkan harmonisasi di dalam keluarga.
“Ada orang hamil yang nggak tahu dia hamil. Telat satu atau dua minggu. Karena tidak tahu dan tidak direncanakan, si ibu minum tetracycline. Anaknya lahir, setelah umurnya 6 bulan giginya coklat karena pengaruh tetra itu giginya keropos dan coklat. Padahal suaminya giginya putih, istrinya juga giginya putih,” kata Hasto yang disambut tawa para hadirin.
Hasto juga menjelaskan usia-usia kehamilan ibu rentannya pada usia 30 tahun ke atas, dikarenakan pembuluh darahnya sudah menyempit, ini juga alasannya yang membuat mudah bungkuk dari pada laki-laki, karena setelah menopause hormon estrogennya hilang, dan sel telur pun sudah tidak ada lagi.
Terkait program percepatan penurunan stunting, Hasto mengatakan bahwa Presiden Joko Widodo menargetkan prevalensi 14 persen pada 2024.
“Di Sidoarjo ini bisa nanti 2024, kalau terus jauh ke bawah 14 persen karena tadi juga sudah menyampaikan air bersihnya diperbaiki dan seterusnya saya ingin gerakan yang luar biasa. Lalu pola asuh, ya kurang asupan lah mungkin ASI nya kurang bagus kurang cukup diberi ASI kemudian mungkin makanannya kurang bagus kurang protein hewani,” ujar dia.
Sementara itu Wakil Bupati Sidoarjo H. Subandi, SH menyampaikan dalam sambutannya , “Kita harus mengerti bagaimana kita dapat melakukan pendekatan keluarga dalam percepatan penurunan stunting. Pendekatan keluarga yang dimaksud yaitu pendekatan meningkatkan kualitas pelayanan yang pada kelompok kualitas mencakup calon pengantin, ibu hamil dan ibu menyusui bagi anak berusia 0-59 bulan dalam upaya sosialisasi Program Bangga Kencana”.
“Penurunan stunting telah membentuk 1.604 tim pendamping keluarga dengan total 4412 orang yang terdiri dari 3 unsur yang pertama adalah bidan kader PKK dan kader KB, secara umum adalah melaksanakan pendampingan kepada sasaran prioritas pendampingan keluarga peran Tim Pendamping Keluarga (TPK) meliputi memberikan penyuluhan fasilitasi layanan rujukan, fasilitasi penerimaan program bantuan sosial, ” kata Subandi.