Jakarta (ANTARA) - Ekonom Universitas Paramadina Wijayanto Samirin mengatakan profil Indonesia di dunia internasional terwakili kehadiran Presiden Prabowo Subianto.
“Jadi Pak Prabowo (Presiden RI) hadir secara fisik, secara pemikiran,” ujarnya dalam acara Diskusi Publik “Enam Bulan Pemerintahan Prabowo: The Extraordinary, The Good, The Bad, and The Ugly” di Jakarta, Kamis.
Seperti diketahui, Presiden RI Prabowo Subianto telah melakukan kunjungan ke sejumlah negara di Timur Tengah, yakni Uni Emirat Arab, Turki, Mesir, Qatar, dan Yordania selama beberapa hari terakhir.
Selain itu, Presiden juga berkunjung pada tahun 2024 ke China pada 8 November, kemudian 11 November menuju Amerika Serikat, 14 November ke Peru, ke Brazil pada 17 November, dan ke Inggris pada 20 November.
Presiden juga memaparkan ide-ide tentang pelbagai isu global seperti di dalam Forum Diplomasi Antalya 2025 di Turki.
Dalam berbagai pertemuan itu, Prabowo dinilai tidak hanya hadir secara fisik, tetapi juga menyampaikan buah pemikirannya.
Wijayanto menganggap Presiden Prabowo merupakan seseorang yang mau mendengar
“Saya rasa Pak Prabowo itu mau mendengar. (Dalam) Sarasehan ekonomi kemarin, fakta bahwa beliau mendengar dan merespon. Itu extraordinary. Tidak seperti yang saya bayangkan sebelumnya,” ucap dia.
Sarasehan ekonomi sendiri merupakan forum dialog strategis antara pemerintah dan pelaku ekonomi. Acara tersebut diselenggarakan atas permintaan Presiden agar tokoh di bidang ekonomi dapat menjelaskan situasi perekonomian nasional dan global saat ini secara riil.
Menurut Prabowo, sudah saatnya pemerintah yang ia pimpin lebih komunikatif dan proaktif dalam memberi keterangan tentang kondisi terkini.
Di sisi lain, Wijayanto menganggap pemerintahan saat ini belum memiliki program yang komprehensif dan konkret.
“Siapa yang menjalankan, kapan, bagaimana, belum. Ada banyak program, tapi itu muncul di sana, sini, dan lain sebagainya. Kecederungannya spontan,” katanya.
Kemudian, dia melihat Presiden diberikan informasi-informasi yang tidak benar. Menurut Wijayanto, Presiden harus mengetahui dengan baik realitas yang terjadi.
“Pemimpin kita di-feeding informasi-informasi yang menurut saya tidak benar. Bahwa Indonesia baik, keuangan baik, ini baik, ini semuanya jalan dengan baik, MBG (Makan Bergizi Gratis) berjalan dengan baik. Ini harus dipotong. The disconnect (antara pemimpin dengan realitas) harus diakhiri. Pemimpin top leadership harus connect dengan reality,” ungkap Ekonom tersebut.