Bombana (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Perwakilan Sulawesi Tenggara (Sultra) melalui Tim Bidang Pengendalian Penduduk (Dalduk) telah meluncurkan program Dapur Sehat Atasi Stunting (dashat) sebanyak 42 titik dari target 54 titik.
"Kami mulai sedikit bisa bernafas lega, pasalnya dari rencana 54 titik/desa di 17 kab/kota se-Sultra yang harus diluncurkan program Dapur Sehat Atasi Stunting (Dashat), sampai saat ini sudah 42 titik atau 78 persen terealisasi," kata Koordinator Bidang Pengendalian Penduduk Perwakilan BKKBN Provinsi Sultra, Dr H Mustakim, M.Si, saat melakukan pencanangan Dashat di Bombana, Kamis.
Dia menyebutkan, ke-42 titik tersebut tersebar di 14 kabupaten/kota se-Sultra, sehingga tinggal 3 kabupaten yang belum diluncurkan program dashatnya yaitu Kolaka Utara, Konawe Utara, dan Buton Tengah.
"Tim yang terbagi dalam 4 kelompok ini dalam waktu dekat akan segera merealisasikan 12 titik/desa yang tersisa, yakni 3 titik di Kolaka Utara, 3 titik di Konawe Utara dan 3 titik di Kabupaten Buton Tengah. Adapun sisa 2 titik lagi akan dilaksanakan di Kabupaten Konawe," kata Mustakim.
Sampai saat ini kata Mustakim, ia bersama tim masih melakukan kegiatan peluncuran di lapangan yakni di Kabupaten Bombana yang dipimpin langsung H. Mustakim didampingi Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan KB Kabupaten Bombana Drs.H. Abdul Azis, M.Si.
"Kemarin tim ini selesai melakukan peluncuran Dashat di 2 titik yakni di Desa Watukalangkari Kecamatan Rarowatu dan Desa Desa Watumentade di Kecamatan Rarowatu Utara. Hari ini di Desa Anugrah Kecamatan Lantari Jaya," katanya.
Mustakim mengaku, dalam setiap sambutan selalu menekankan bahwa kegiatan masak memasak dalam program dashat ini dapat dibiayai dari Dana Desa (DD) atau Alokasi Dana Desa(ADD) tergantung kebijakan pemerintah setempat dalam hal ini para Kepala Desa.
"Kegiatan masak memasak dengan bahan-bahan makanan yang sehat (gizi, protein, vitamin) dapat dilakukan di balai desa atau rumah warga sesuai kesepakatan minimal sebulan sekali dan menghadirkan para ibu hamil, ibu menyusui dan orang tua pemilik baduta," katanya.
Kehadiran mereka kata Mustakim, diharapkan bisa memahami menu makanan sehat yang paling tepat dikonsumsi oleh para ibu hamil dan menyusui tsb. Para bumil dan menyusui inilah yang juga akan memakan hasil masakan dari dashat itu.
Namun demikian lanjut Mustakim, kegiatan masak memasak yang minimal sebulan sekali ini hanyalah sebagai stimulan atau media pembelajaran, yang lebih penting lagi adalah bagaimana warga desa bisa menghadirkan dashat di dalam dapurnya masing-masing, terutama dapurnya para bumil dan menyusui.
"Sebab jika bumil hanya mengandalkan makanan sehat dari dashat di Balai Desa jangan-jangan nanti makanan sehat yang dimakan bumi juga hanya sebulan sekali, berarti hanya sekitar 9 kali para bumil makan makanan bergizi selama hamilnya, padahal bayi dalam kandungan ibu-ibu setiap saat membutuhkan asupan makanan yang bergizi. Jadi, usahakan jangan sampai ada satu suappun makanan yang masuk ke dalam perut para ibu hamil dan menyusui ini yang tidak mengandung gizi," kata Mustakim.
Pada kesempatan yang sama Kadis Pengendalian penduduk dan KB Kabupaten Bombana, H Abdul Azis, dalam sambutannya lebih mengkritisi data stunting hasil SSGI tahun 2021 yang menempatkan Bombana pada angka 26,8 persen jumlah stuntingnya.
Ia berharap data tersebut tidak benar, karena setelah dilakukan survei susulan langsung di lapangan beberapa lokus yang dianggap banyak stuntingnya justru tidak ditemukan anak stunting di tempat tersebut.
"Namun demikian, semua warga Bombana harus tetap waspada jangan sampai kecolongan sehingga stunting muncul di kabupaten yang kita cintai ini," kata Asis.