Palu (ANTARA) - Perusahaan Umum (Perum) Badan Usaha Logistik (Bulog) Wilayah Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng), terus menggencarkan beras Maleo menjajal pasar pangan di kawasan timur Indonesia (KTI).
Kepala Kanwil Bulog Sulteng David Susanto mengatakan, hingga saat ini beras Maleo telah mampu menembus pasar-pasar di Provinsi Gorontalo, Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan.
"Terbaru kita sudah mengirimkan lagi ke Provinsi Papua di Kota Sorong tepatnya, mudah-mudahan ini menjadi awal yang bagus bagi beras Maleo yang akan menasional, dan setelah ini akan kita pikirkan untuk coba menyuplai ke daerah Ibu Kota Negara baru (IKN) di pulau Kalimantan," kata David kepada ANTARA di Kota Palu, Kamis.
Ia menjelaskan, beras-beras lokal Sulawesi Tengah sejatinya memiliki peluang pasar yang bagus, hanya saja dalam peredarannya belum memiliki identitas khas untuk membedakan dengan beras daerah lain.
Hal itu diakui menjadi peluang bagi para kompetitor pasar beras, untuk melakukan transaksi murah dengan para petani di beberapa kabupaten/kota yang ada saat ini.
"Sehingga beras lokal Sulteng keluar tanpa merk, ketika sampai di luar diberi nama kemudian diberi kemasan yang bagus, setelah itu masuk lagi ke Sulteng dengan harga yang pasti sudah mahal," jelasnya.
Ditambah lagi pengolahan pasca panen, rata-rata para petani yang ada saat ini masih menggunakan mesin konvensional maupun tradisional atau sering dikenal mesin satu pass (one pass).
Sehingga, akan berbeda jauh beras yang dihasilkan saat dilakukan pengolahan kembali berdasarkan standar serapan beras Bulog, dengan cara memisahkan broken serta menir beras.
Karena itu, pihak Bulog terus mendorong para petani ramah akan modernisasi teknologi untuk menambah kualitas beras yang dihasilkan.
Sejak diluncurkan akhir Desember 2021 yang lalu, permintaan pasar di kawasan timur Indonesia telah mencapai 23 ton dalam ukuran 5 kilogram perkemasan. Hanya saja dalam beberapa pengiriman, diakui terkendala dengan biaya yang cukup mahal.
"Kita akan mencoba lagi pengiriman menggunakan moda transportasi tol laut dengan rute Makassar-Tolitoli-Sorong, meskipun memang tetap akan mahal nantinya, tapi ini adalah awal yang bagus untuk beras Maleo," katanya.
Ia menambahkan visi Bulog tidak akan berhenti pada beras Maleo, melainkan pada produk-produk pangan lainnya akan ikut didorong menggunakan merk Maleo.
Bahkan, tidak menutup kemungkinan Bulog memfasilitasi 13 kabupaten/kota akan memiliki merk produknya masing-masing.
"Sehingga seperti Sigi mereknya apa yang khas dengan Sigi, namun memang kita masih fokus pada brand Maleo karena Hak Ciptanya juga akan kita daftarkan sehingga setiap produk dari Sulteng selain beras akan menggunakan nama brand maleo, misalnya Sawi cap maleo atau bawa merah cap maleo serta masih banyak lagi," papar David.