Buton Selatan (ANTARA) - Komitmen Bupati Buton Selatan, Sulawesi Tenggara, H La Ode Arusani dalam memajukan khususnya sektor pendidikan tak perlu diragukan. Berbagai langkah dan upaya telah dilakukan demi meningkatkan mutu pendidikan di daerah itu.
Beberapa bukti atas upaya tersebut adalah memastikan penggelontoran anggaran serta bagaimana mendatangkan bantuan Dana Insentif Daerah (DID) dan Dana Alokasi Khusus (DAK), juga bantuan alat permainan elektronik untuk Taman Kanak-kanak, alat teknologi informasi komunikasi (TIK) bagi sekolah dasar (SD), dan lainnya untuk tingkat sekolah menengah pertama (SMP).
"Jadi salah satu juga bentuk komitmen beliau (Bupati, red) dalam memajukan pendidikan di Buton Selatan adalah terus menggenjot infrastruktur pendidikan supaya bisa juga layak atau nyaman untuk dilaksanakan proses belajar mengajar di sekolah," kata Kepala Dinas Pendidikan Buton Selatan, La Makiki di dampingi Sekdin La Mane, belum lama ini.
Setiap tahun, program khususnya sektor pendidikan menjadi perhatian serius pemerintah daerah dibawa kepemimpinan Bupati La Ode Arusani. Progam berkesinambungan tiap tahun anggaran terus dilakukan sebagai bentuk komitmen memajukan sektor pendidikan khususnya siswa dan tenaga pengajar.
Termasuk juga infrastruktur sarana prasarana adalah hal utama yang tak ketinggalan ditingkatkan, sehingga aktifitas proses belajar mengajar dapat berlangsung lebih nyaman dan refresentatif lagi.
"Bentuk komitmen-komitmen itu sampai hari ini terus berkesinambungan, bahkan sekalipun sudah mau diakhir-akhir jabatannya beliau selalu berjuang dan berupaya bahwa apa yang menjadi program beliau tuntas. Dan terbukti untuk 2021 ini saja juga ada DAK yang diperoleh sekitar Rp18 miliar untuk pembangunan infrastruktur pendidikan seperti untuk laboratoium SD dan SMP," katanya.
Imbau guru tingkatkan sumber dayanya
Perhatian Bupati Buton Selatan La Ode Arusani terhadap para guru adalah hal serius. Salah satu pula keinginan bupati dengan selalu mengimbau para guru adalah meningkatkan sumber daya walaupun kondisi daerah belum menyiapkan anggaran karena pandemi COVID-19. Akan tetapi paling tidak, jika kemauan para guru dalam pengembangan sumber dayanya sebagai pendidik itu sendiri tetap selalu diberikan ruang.
Tentu harapan daripada itu juga agar kemampuan dan kompetensi tenaga pengajar menjadi lebih baik sehingga tenaga pengajar di daerah itu bisa sama atau lebih dengan daerah-daerah lain sekalipun Buton Selatan adalah daerah otonom baru.
Di samping itu, terkait pengembangan sumber daya manusia juga, kata dia, para kepala sekolah terus melakukan penguatan akan hal tersebut, bahwa meskipun didaerah belum ada (anggaran), tetapi pemerintah daerah terus berkomunikasi dengan pihak-pihak eksternal sebagai upaya melakukan kerja sama atau MOU dengan universitas-universitas.
Selain itu, dalam meningkatkan sektor pendidikan itu, menurut dia, bantuan yang diperoleh baik kerja sama dengan BUMN juga terus dilakukan komunikasi.
"Artinya beliau (Bupati La Ode Arusani) tidak ada henti-hentinya mengontrol bagaimana pendidikan di Buton Selatan ini, sehingga kita tidak tertinggal jauh dari daerah-daerah maju lain sekalipun kita daerah otonom baru, atau paling tidak kita bisa sama dengan mereka," katanya.
Dorong program beasiswa
Upaya pemerintah Kabupaten Buton Selatan dalam memajukan anak bangsa dalam sektor pendidikan juga patut diapresiasi. Program bantuan beasiswa seperti untuk program Strata Dua (S2) tak luput menjadi perhatian penting pemerintah daerah itu, namun adanya bencana nonalam COVID-19 yang melanda dunia termasuk di Tanah Air menyebabkan anggaran tersebut terpaksa terkena refokusing.
"Sebelumnya memang kita ada (dana, red) bea siswa itu melalui APBD, tetapi karena COVID-19 itu ada refocusing itu juga sehingga sempat terpangkas," katanya.
Di samping itu, ia juga mengatakan, dalam membangun pendidikan peran stakeholder atau orang tua sangat penting karena pendidikan adalah sebuah sistem dan saling keterkaitan, sehingga kehadiran orang tua dalam hal itu diharapkan terus memberikan peran sesuai perannya.
Dikatakannya pula, bahwa animo orang tua di Buton Selatan dalam menyekolahkan anaknya sangat tinggi, terbukti jumlah siswa yang masuk pada setiap tahun ajaran baru pada semua jenjangnya sangat membanggakan.
"Artinya orang tua murid atau masyarakat Buton Selayan hari ini kalau kita bicara pendidikan pada intinya semua respon dan sangat antusias sekali untuk meyekolahkan anaknya, bahkan sampai hari ini angka putus sekolah kita rendah sekali bahkan tidak ada di Busel ini," katanya.
Tentunya, menurut dia, hal itu merupakan suatu gambaran bahwa memang masyarakat daerah itu sangat peduli dengan pendidikan
Ketersediaan tenaga guru hingga di wilayah kepulauan
Kabupaten Buton Selatan adalah daerah memiliki tujuh kecamatan, dimana sebagian wilayahnya berada di kepulauan seperti Kecamatan Kadatua, Siompu, Siompu Barat, dan Kecamatan Batuatas. Sedangkan tiga kecamatan lainnya yakni Kecamatan Batauga, Sampolawa dan Kecamatan Lapandewa.
Walaupun Buton Selatan terbilang daerah otonom baru yang mekar dari induknya yakni Kabupaten Buton sekitar pertengahan tahun 2014, tetapi dalam hal ketersediaan guru didaerah pemilik objek wisata Jembatan Lingkar Lapoili itu cukup memadai.
Kesiapan guru-guru disemua jenjang pendidikan, baik tingkat Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) tercukupi.
Ketersediaan tenaga pengajar itu, selain adanya guru yang sudah berstatus pegawai negeri sipil atau PNS, juga ditunjang guru honorer yang mencapai hampir 1.000 orang yang tersebar baik di wilayah daratan dan kepulauan daerah itu.
"Untuk saat ini cukup (jumlah guru di Busel), karena selain ada PNS juga ditunjang dengan guru honorer sekitar 977 orang," katanya mantan Camat Siompu Buton Selatan ini.
Keberadaan jasa tenaga guru tidak tetap (GTT) masih menjadi tumpuan karena sangat membantu untuk mengisi kekosongan guru di sekolah-sekolah dalam mencerdaskan anak bangsa. Dengan hal itu juga, pemda memberikan "lampu hijau" pada sekolah untuk mengangkat guru tidak tetap.