Jakarta (ANTARA) - Presiden Joko Widodo (Jokowi) masih optimistis ekonomi Indonesia akan tumbuh tujuh persen secara tahunan (year on year/yoy) pada kuartal II (April-Mei-Juni) 2021, dibanding pertumbuhan negatif 0,74 persen pada kuartal I 2021, karena indikator makro ekonomi bergerak membaik seperti indeks kepercayaan konsumen, penjualan ritel, dan pertumbuhan industri manufaktur.
“Kita semua masih optimistis bahwa di kuartal II 2021 dari sebelumnya kuartal I 2021 minus 0,74 persen, pada kuartal II 2021 masih optimistis tumbuh Insya Allah kurang lebih 7 persen," kata Presiden Jokowi dalam dalam Pembukaan Musyawarah Nasional Kamar Dagang dan Industri ke-VIII (Munas Kadin) di Kendari, Sulawesi Tenggara, Rabu.
Presiden Jokowi memaparkan sejumlah indikator konsumsi dan penjualan ritel hingga Juni 2021 ini. Misalnya, indeks penjualan ritel telah meningkat 12,9 persen. Pembangunan yang terus melaju juga telah memicu konsumsi bahan bangunan, seperti konsumsi semen yang naik 19,2 persen. Sedangkan, penjualan kendaraan niaga juga melesat bertumbuh hingga 783 persen.
“Ini angka-angka yang menurut saya fantastis kenaikannya. Oleh sebab itu seperti disampaikan Ketua Kadin (Rosan Roeslani), kita semua masih optimistis,” kata Presiden Jokowi.
Presiden juga menjabarkan Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) telah meningkat ke atas level 100, yakni 104,4 di Mei 2021, dibandingkan Februari 2021 yang sebesar 85. Hal ini menunjukkan ekspektasi dan permintaan masyarakat untuk konsumsi terindikasi pulih.
Pada indikator lainnya, kata Presiden, terjadi kenaikan drastis pada kegiatan industri manufaktur, terlihat dari indeks pembelian barang atau Purcashing Manager Index (PMI) yang mencapai 55,3, berdasarkan perhitungan pada Mei 2021 lalu. Laju PMI itu malah jauh lebih tinggi dibanding pencapaian Indonesia pada sebelum pandemi COVID-19 yang sebesar 51.
"Tinggi sekali (PMI), Artinya ada optimisme di situ. Sisi supply juga sama, produksi menggeliat, ekspor tumbuh,” kata Presiden Jokowi.
Laju ekspor juga, kata Presiden, telah meningkat 58 persen, sedangkan impor bahan baku naik 79 persen, sejalan dengan membaiknya industri manufaktur.
"Tinggi sekali, impor barang modal tumbuh 35 persen. Ini angka-angka ini yang setiap hari, setiap pagi masuk ke saya," ujar Presiden Jokowi.