Jakarta (ANTARA) - Barcelona merilis laporan keuangan tahunan mereka, yang mengungkapkan bahwa klub Katalunya tersebut memiliki utang besar akibat krisis pandemi virus corona serta pengeluaran besar mereka dalam beberapa bursa transfer terakhir.
Dalam rilisnya, Barcelona mengungkapkan utang mereka mencapai 1,2 miliar euro ( sekitar Rp20 triliun) bersama dengan utang jangka pendek sekitar 730 juta euro (setara dengan Rp12 triliun).
Gaji para pemain masih menjadi pengeluaran terbesar klub, yang mencakup 74 persen dari pendapatan klub. Menurut laporan Goal pada Selasa, situasi tersebut cukup mengkhawatirkan bagi klub, yang mengharuskan klub untuk melakukan negosiasi penangguhan gaji sejak menyebarnya pandemi COVID-19.
Barcelona juga memiliki utang total 126 juta euro (sekitar Rp2 triliun) kepada klub-klub lain, yang berasal dari beberapa transfer yang mereka lakukan dalam beberapa tahun terakhir.
Blaugrana masih berutang 29 juta euro (sekitar Rp496 miliar) kepada Liverpool untuk transfer Philippe Coutinho, 16 juta euro (Rp274 miliar) kepada Ajax untuk Frenkie de Jong dan hampir 10 euro (Rp171 miliar) juta kepada Bordeaux untuk Malcom.
Masing-masing utang itu mewajibkan pembayaran paling lambat 30 Juni.
Selain itu, pembayaran jatuh tempo untuk transfer Arthur, yang mengharuskan mereka membayar 21 juta euro (Rp359 miliar) kepada Gremio dan Arturo Vidal, yang mencapai 11 juta euro (Rp188 miliar) kepada Bayern Munchen. Vidal dan Arthur, sama seperti Malcom, sudah tidak lagi menjadi pemain Barcelona.
Jumlah utang Barcelona sedikit mendapatkan keringanan dengan pendapatan melalui penjualan beberapa pemain, meski juga masih belum dilunasi termasuk kepindahan Malcom ke Zenit dan transfer Marc Cucurella ke Getafe serta Carles Perez ke AS roma yang keduanya mencapai total 46 juta euro (Rp788 miliar).
Salah satu pembayaran transfer yang tertunggak adalah utang kepada Atletico Madrid, yang berasal dari kesepakatan transfer Antoine Griezmann.
Barcelona mengakhiri musim 2019/20 dengan memiliki utang bersih 488 juta (Rp8,3 triliun) dan klub telah menegosiasikan penundaan pembayaran tersebut dengan krediturnya, menunjuk pada dampak pandemi virus corona terhadap keuangan klub.
Klub berharap untuk bisa menunda pembayaran tersebut hingga setidaknya 30 Juni tahun ini.
Beberapa kreditur telah menerima penangguhan tersebut, sementara klub tetap bernegosiasi dengan beberapa kreditur lainnya mengenai jadwal pembayaran mereka.
Barca berharap bisa mengandalkan kembalinya para suporter ke stadion musim ini, dengan penjualan tiket diharapkan bisa menjadi penyumbang terbesar pendapatan mereka demi memulihkan kondisi finansial klub.
Kembalinya fans diharapkan bisa membuat Barcelona mendapatkan keuntungan 56 juta euro (Rp959 miliar), dengan klub mengharapkan setidaknya stadion bisa kembali dibuka secara bertahap mulai dari kapasitas 25 persen mulai Februari lalu 50 persen pada Mei dan seterusnya.
Namun, tampaknya Barca harus kembali gigit jari dengan kondisi pandemi COVID-19 di Eropa yang belum surut sehingga membuat klub terancam mengalami kebangkrutan.